Penderitaan Pangkal Penyelamatan

Kisah Para Rasul 8:1b-3
Minggu ke-2 sesudah Pentakosta
Ketika gereja dibom, dibakar, ditutup, dan izin untuk beribadah dipersulit, apakah kita akan melakukan aksi demonstrasi untuk meneriakkan ketidakadilan dan menuntut pemerintah untuk menegakkan hak asasi manusia untuk beribadah kepada Tuhannya? Bukankah Alkitab telah membuktikan bahwa penderitaan selalu hadir dalam kehidupan setiap pengikut Kristus (1-2; bdk. Mat. 10:22, 24-25). Kalau kenyataannya memang seperti ini, mengapa banyak orang percaya menjadi kekanak-kanakan sifatnya dalam menghadapi kenyataan ini?
Sejak peristiwa penganiayaan dan pembunuhan terhadap Stefanus, mereka yang melawan Kristus mendapat pengesahan dari para tua-tua dan tokoh agama Yahudi untuk menindas, menganiaya, dan membunuh para pengikut Kristus. Tujuannya adalah agar penyelamatan Allah melalui Yesus Kristus tidak semakin tersebar luas. Dan posisi Israel sebagai bangsa pilihan semakin kukuh.
Sesungguhnya predikat bangsa pilihan Allah bukan lagi menjadi penentu keselamatan seseorang. Hanya melalui Kristuslah penyelamatan Allah kepada dunia diperbarui. Di sini kita melihat bahwa tolok ukur keselamatan Allah tidak lagi pada status kebangsaan seseorang, melainkan pada keimanan seseorang terhadap karya keselamatan Allah dalam Yesus Kristus.
Meskipun dalam sepanjang sejarah gereja kita melihat betapa banyak orang Kristen yang mengalami penganiayaan dan penderitaan atas nama Yesus, namun Allah memakai kondisi itu untuk menumbuhkan dan menguatkan iman anak-anak-Nya. Ibarat paku yang dipalu, semakin sering dipukul, semakin kuatlah paku itu menancap. Penganiayaan juga dipakai Allah sebagai sarana pewartaan Injil Kerajaan Allah tersebar sampai ke ujung bumi. Karena itu, gereja tidak boleh menunjukkan sifat kekanak-kanakan.
Ketika kita mengalami penderitaan, ingatlah bahwa hal itu merupakan keuntungan bagi setiap orang yang setia kepada Allah. Percayalah bahwa janji Allah akan kehidupan abadi akan menjadi milik kita secara konkret.
Agung Jatmiko
Scripture Union Indonesia © 2017.