Apa yang harus Kulakukan?

Mazmur 1
Minggu ke-1 sesudah Tahun Baru
Kata pertama yang kita baca dalam mazmur hari ini adalah ”berbahagialah”. Bagaimanakah konsep pemikiran kita tentang kebahagiaan? Mungkin seperti ini: hidup yang sangat nyaman, banyak harta, segala yang kita cita-citakan tercapai, semua yang kita inginkan diterima, atau berkeliling Indonesia, bahkan dunia. Atau mungkin kata ”berbahagia” itu identik dengan hidup tanpa masalah. Tetapi, apakah ada manusia hidup tanpa memiliki masalah? Tentu tidak! Bahkan orang yang kita anggap bahagia itu bisa saja menganggap hidup kita lebih berbahagia darinya.
Pemazmur menyatakan bahwa orang yang berbahagia mereka yang dapat merasakan sukacita yang diberikan Tuhan di tengah-tengah tantangan hidup. Bagi pemazmur, orang disebut bahagia ketika orang tersebut mengikuti tidak nasihat orang jahat, tidak mencontoh orang berdosa, dan tidak bergaul dengan orang yang menghina Allah (1). Manusia memang saling memengaruhi satu sama lain. Jika seseorang berada dalam kumpulan orang yang tidak mengenal Tuhan, kemungkinan besar ia cenderung berperilaku seperti orang yang tidak mengenal Tuhan.
Pemazmur membedakannya dengan orang benar, yang merenungkan firman Allah setiap saat (2). Sabda Tuhan menjadi kegemarannya. Ia digambarkan sebagai pohon yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya dan tidak layu daunnya. Pohon yang berada di tepi aliran air memang tak terlalu sulit dalam mendapatkan air—kebutuhan vital tanaman. Bahkan, dalam keadaan kemarau sekalipun kebutuhan akan air selalu tetap terpenuhi.
Kebahagiaan mungkin saja dirasakan oleh orang yang tidak menaati kehendak Tuhan. Akan tetapi, sifatnya semu, sementara saja, dan tidak kekal. Sebab muara dari jalan hidupnya hanyalah kebinasaan semata. Sedangkan jalan orang benar akan bermuara pada kehidupan kekal karena Tuhan akan senantiasa menjaga dan melindunginya.
Marilah kita melakukan apa yang baik di mata Tuhan dalam segala situasi dan kondisi! Sebab Dia adalah pribadi yang setia dan siap melindungi.
Kristiani Tarigan
Scripture Union Indonesia © 2017.