Demonstrasi

Ester 4:1-9
Minggu ke-16 sesudah Pentakosta
Demonstrasi merupakan pernyataan protes yang dikemukakan secara massal. Ketika para pemimpin gagal mewujudkan secara konkret janjinya kepada para pendukungnya, maka demonstrasi dipakai sebagai alat protes atau sarana untuk menyampaikan pesan ketidakpuasan mereka kepada kinerja para pemimpinya. Sebaiknya demonstrasi dilakukan bukan untuk melawan para pemimpin, melainkan memberitahukan ketimpangan yang terjadi sehingga mereka pemimpin dapat mengkaji dan memutuskan kebijakan secara adil, benar, dan seimbang. Kisah Mordekhai yang melakukan puasa perkabungan dan mengoyakkan pakaian merupakan aksi demonstrasi terhadap titah Raja Ahasyweros (1-2). Ternyata tindakan Mordekhai diikuti oleh seluruh orang Israel dengan ratapan dan tangisan (3). Perbuatan mereka memperlihatkan pesan keputusasaan atas titah raja dan ketidakadilan yang dialami oleh mereka. Karena orang yang menggunakan kain perkabungan tidak diperkenan bertemu Sang Raja, mereka hanya bisa melolong menyatakan kesesakan hatinya. Ungkapan perkabungan mereka terdengar oleh Ratu Ester. Ia berusaha memberikan pakaian, namun Mordekhai menolaknya (4). Reaksi seperti itu sangat wajar. Selama titah raja tidak dibatalkan, maka seluruh orang Yahudi akan dibinasakan dan harta benda mereka akan dirampas (3:13). Melalui informasi dari Hatah, akhirnya Ester mengetahui duduk perkara mengapa Mordekhai dan bangsa Israel meratap dan berkabung (5-9). Memang demonstrasi merupakan salah satu cara untuk menyampaikan aspirasi yang belum terpenuhi. Namun, kita perlu berhati-hati karena tidak semua aspirasi harus dilakukan dengan cara berdemonstrasi. Setiap aspirasi perlu dilihat dampak sosialnya bagi kehidupan bersama. Lagi pula demonstrasi yang benar dan berbudaya tidak melulu harus memperlihatkan sisi kekerasan. Dengan membuat karya yang baik sebagai sebuah kritik membangun merupakan salah satu cara yang dapat memberikan inspirasi.
Tri R. Wahono
Scripture Union Indonesia © 2017.