Ironis Memang

Roma 9:30-10:3
Minggu ke-25 sesudah Pentakosta
Bangsa-bangsa non-Yahudi yang tidak mencari atau mengejar kebenaran malah beroleh kebenaran karena iman. Sebaliknya, bangsa Israel sendiri, sungguh pun mengejar hukum yang mendatangkan kebenaran, malah tidak sampai kepada yang dikejarnya. Akar permasalahannya adalah Israel lebih bertumpu pada perbuatan dan bukan iman. Itulah keadaan orang Israel sebenarnya. Mereka, menurut Paulus, begitu bersemangat mengerjakan ini dan itu serta berusaha taat kepada hukum agama supaya Allah menerima mereka menjadi sahabatnya. Namun, ujung-ujungnya mereka gagal. Sebab mereka bergantung pada apa yang mereka lakukan, bukan pada kepercayaan kepada Allah. Yang mengejutkan dan sekaligus mengagumkan, Paulus tetap mengasihi bangsanya sendiri (10:1,2). Tetapi, kita harus mengingat satu perkara yang lain. Bangsanya memang giat, penuh dengan semangat untuk mendapatkan kebenaran, tetapi mereka tidak menyadari kesalahannya juga berbahaya. Semangat itu perlu, tetapi semangat yang menggebu-gebu di luar kebenaran justru sangat berbahaya! Apakah kita, orang Kristen abad XXI juga hidup dengan penuh gairah dan bersemangat. Jika memang demikian, maka bersyukurlah! Namun demikian, apakah kita tahu apa yang kita percayai dengan penuh semangat tadi memang sudah benar? Kalau tidak, maka sebaiknya kita pun harus bertobat! Iman memang penting, tetapi iman seharusnya bukan terpaku pada rumusan iman yang kita hafalkan tanpa pemahaman yang benar! Beriman dengan kokoh itu perlu, tetapi harus berdasarkan pada kebenaran yang dari Allah sendiri. Jika tidak, kita akan jatuh dalam bahaya membuat kebenaran sendiri. Yang pada akhirnya malah membuat kita tidak lagi menaati Allah. Kadang itu juga yang terjadi dalam kehidupan masyarakat bukan? Orang yang taat pada agamanya malah mudah menghakimi orang lain atau gereja lain. Karena standarnya bukan lagi kebenaran Allah sendiri; tetapi kebenaran diri sendiri!?
Charles Christano
Scripture Union Indonesia © 2017.