Melihat dari perspektif kehendak-Nya

Lukas 23:13-32

Pernahkah Anda mengalami kegagalan walaupun telah berusaha sungguh-sungguh? Muncul pertanyaan dalam hati, "Mengapa? Apa yang salah, padahal tujuanku baik?"


Ribuan tahun yang lalu Pontius Pilatus, salah seorang paling berkuasa di Palestina, wakil dari imperium Romawi juga mengalami kegagalan. Tiga kali Pilatus berusaha membebaskan Yesus dari hukuman atau paling tidak meringankan penderitaan Yesus dari akibat penyaliban (13-16, 20, 22). Walau berupaya dengan sungguh, pada akhirnya ia menyerah dengan tuntutan orang-orang yang bernafsu menyalibkan Yesus (24-25). Kegagalan Pilatus itu dicatat bukan hanya dalam Alkitab namun juga sejarah dunia.


Lain dengan Simon dari Kirene. Ia baru saja dari luar kota (26), ia tidak tahu menahu soal penyaliban Yesus, Ia tidak terlibat dalam peristiwa tersebut. Secara tiba-tiba hidupnya berubah total, ketika beberapa tentara Romawi dengan arogan memaksanya untuk memikul salib Yesus (26). Ia tidak berusaha menjadi terkenal, tidak berupaya meringankan beban Yesus. Ternyata Allah berkehendak lain. Sepanjang jalan memikul salib Yesus, sepanjang jalan itulah ia memandangi Yesus. Tidak ada kata yang keluar dari mulutnya hanya ada keringat bercampur debu. Simon yang bukan siapa-siapa, yang tidak punya kuasa dipakai Allah dalam karya Agung-Nya.


Seorang penguasa seperti Pilatus, tidak berdaya. Simon yang tak ada apa-apanya, diberdayakan Allah. Sebaliknya, Kristus yang ditangisi oleh perempuan-perempuan (27), justru menyatakan kedaulatan Allah (28-31). Memang hanya Allah yang memiliki kedaulatan dan kuasa atas segala sesuatu. Bukan kita yang mengendalikan hidup ini, melainkan Dia, Sang Pencipta dan Pemililk.


Oleh karena itu, mari kita belajar melihat hidup ini dari perspektif kehendak Allah. Saat kita menghadapi tantangan dan kesulitan apa pun karena mengikut Dia, ingat bahwa Dia berdaulat dan memegang kendali. Peganglah tangan-Nya, biarlah Dia yang memberdayakan Anda melakukan kehendak-Nya.

Scripture Union Indonesia © 2017.