Setia mendampingi umat

Yeremia 40:1-6

Nubuat Yeremia sudah menjadi kenyataan. Yerusalem hancur dan penduduknya sudah ditawan ke Babel. Sisa penduduk Yerusalem sangat tidak signifikan. Namun, Yeremia menyatakan kebesaran hatinya dengan memilih untuk tetap tinggal bersama mereka!


Bukankah Yeremia sendiri yang menghimbau penduduk Yehuda untuk menyerah kepada Babel dan tunduk pada penawanan mereka di Babel? Sedangkan memilih bertahan di Yerusalem merupakan sikap memberontak Tuhan dan Babel, yang akan diganjar dengan penghukuman.


Pilihan Yeremia menunjukkan bahwa ia konsisten mengasihi bangsanya. Hukuman sudah dijatuhkan! Mereka yang dibuang ke Babel, sudah dijamin keselamatannya. Yang masih tersisa di Yerusalem hanyalah mereka yang tidak berdaya, dan menderita. Merekalah yang memerlukan penghiburan dan penguatan bahwa Allah tetap mengasihi dan peduli mereka. Bahkan bagi mereka pun kesempatan bertobat masih diberikan. Sangat mungkin, Yeremia sudah mendengar sosok Yehezkiel yang melayani kaum buangan di sungai Kebar. Yehezkiel sosok nabi yang bertanggung jawab dan dapat diandalkan. Bersamanya, umat Yehuda pembuangan pasti akan mendapatkan pencerahan firman Tuhan. Maka Yeremia bisa konsentrasi melayani mereka yang tertinggal.


Sesuai dengan piihan yang ditawarkan Nebuzaradan, kepala pasukan pengawal Babel, Yeremia bisa memilih untuk ikut ke Babel. Di sana, pasti ada jaminan keamanan dan kenyamanan. Akan tetapi pilihannya untuk tetap tinggal di Yerusalem pasti merupakan pengurbanan, bahkan dengan risiko yang tidak kecil. Selain kemiskinan, bisa jadi di antara mereka yang tinggal, masih ada yang memusuhi Yeremia dengan sikapnya yang 'pro-Babel'.


Seberapa jauh kesetiaan kita melayani Tuhan dengan melayani umat-Nya tatkala diperhadapkan pilihan yang lebih menyenangkan? Siapkah kita memilih untuk tetap mengasihi dan mendampingi umat-Nya, saat tawaran untuk melayani di tempat yang lebih nyaman rasanya lebih masuk akal?

Scripture Union Indonesia © 2017.