Jangan jadi pengecut!

Markus 15:1-15

Pilatus adalah pemegang "kunci" penting dalam skenario penyaliban Yesus. Ia sebenarnya dapat membebaskan Yesus dari jerat salib, jika saja ia bukan seorang pengecut dan penjilat.


Berdasarkan investigasinya terhadap Yesus, Pilatus tidak menemukan sedikit pun kesalahan Yesus sehingga Ia pantas disalib. Sebab ketika Pilatus menanyakan "kejahatan apakah yang telah dilakukan-Nya?" (14), tidak seorang pun yang sanggup memberi jawab kepadanya. Pilatus sadar betul bahwa imam-imam kepala menyerahkan Yesus karena dengki (10). Sayang, Pilatus terlalu pengecut untuk membela yang benar. Ia takut dituduh memberontak kepada kaisar dan kehilangan jabatannya (lih. Yoh. 19:12). Selain sifat pengecutnya yang membuat Yesus tersalib, sifat penjilatnya juga menjadi faktor penting dalam pengambilan keputusannya. "Oleh karena Pilatus ingin memuaskan hati orang banyak itu, ia membebaskan Barabas bagi mereka. Namun Yesus disesahnya lalu diserahkannya untuk disalibkan" (15).


Sebagai pemimpin entah perusahaan, gereja, organisasi, atau rumah tangga? ketegasan dan keberanian untuk membela yang benar adalah hal yang krusial untuk Anda junjung tinggi. Keputusan yang akan Anda buat sebagai pimpinan, bukan hanya memengaruhi orang lain yang menerima konsekuensi dari keputusan Anda, tetapi juga akan memengaruhi reputasi Anda sebagai pemimpin.


Waktu Anda membela kebenaran, mula-mula Anda bisa dibenci dan dihujat. Namun, ingat Tuhan akan membela Anda. Percayalah bahwa buah manis dari tekad positif itu akan Anda cicipi kelak. Untuk jangka pendek Anda tidak disenangi oleh "para imam" dan "orang banyak", tetapi Allah tahu menghormati pemimpin yang takut akan Dia. Untuk jangka panjang, justru kita sedang menabur benih Injil yang kelak akan menghasilkan gandum yang siap dituai. Itulah jiwa-jiwa yang diselamatkan melalui keberanian kita menyaksikan kebenaran. Juga orang-orang yang dulu membenci kita akan berterima kasih untuk konsistensi kita menjunjung kebenaran dan kasih kita yang tulus kepada mereka.

Scripture Union Indonesia © 2017.