Ambisi kehambaan

Markus 10:35-45

Profil Yakobus dan Yohanes mewakili banyak orang yang berjuang merebut kursi utama dalam suatu organisasi politik, pemerintahan, bahkan gereja.


Yakobus dan Yohanes mengajukan permintaan agar diberi tempat "basah" supaya dapat menjadi pembesar (36-37). Padahal Yesus baru saja berbicara tentang penderitaan yang akan Dia alami (33-34), tetapi mereka malah mengira bahwa Yesus akan membangun sebuah pemerintahan baru. Maka tanpa buang waktu dan mungkin karena tidak mau didahului orang lain, mereka segera memesan posisi istimewa dalam pemerintahan Yesus nantinya. Mereka ingin memborong dua kedudukan penting sekaligus: menjadi orang kepercayaan nomor satu dan nomor dua!


Permintaan Yakobus dan Yohanes memperlihatkan bahwa mereka masih belum memahami makna kuasa dan kepemimpinan menurut Yesus, Guru mereka. Menurut pemerintah-pemerintah dunia ini, segala cara bisa dihalalkan untuk menjalankan pemerintahan, misalnya dengan tangan besi. Mereka juga dapat melanggengkan jabatan dengan menggunakan kekerasan. Namun bukan demikian pengajaran Yesus. Sebagaimana Yesus datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani, begitulah seharusnya para pengikut-Nya.


Pada masa kini, secara umum dikatakan bahwa setiap orang yang terlibat dalam pekerjaan kerohanian disebut melakukan pelayanan. Padahal ada kalanya orang terlibat dalam karya pelayanan, tetapi untuk kepentingan dirinya sendiri dan bukan untuk kepentingan orang yang dilayani. Mungkin kita akan bertanya, "Bagaimana mungkin seorang melakukan pelayanan untuk orang lain, tetapi ditujukan bagi kepentingan sendiri?" Hal itu bisa terjadi kalau dia ingin mencari nama di lingkungan sosial kerohanian, misalnya.


Maka kebesaran sejati seorang pemimpin terletak bukan pada seberapa banyak orang yang bersedia melayani dia, melainkan pada berapa banyak orang yang dia layani. Karena dalam kerajaan Allah status, uang, dan popularitas bukanlah hasil yang dapat diperoleh seseorang dari pelayanan kepemimpinan.

Scripture Union Indonesia © 2017.