Kualitas orang beriman

Kejadian 22:20-24

Hidup di tengah orang asing tidaklah mudah, apalagi pada masa Abraham ketika komunikasi jauh lebih terbatas. Sebab itu Abraham hanya memiliki akses yang terbatas pada perkembangan keluarga dan kaum kerabatnya. Di dalam perikop ini, setelah puluhan tahun Abraham meninggalkan keluarga besarnya baru dikisahkan lagi perkembangan keluarganya. Nahor, satu-satunya saudara laki-lakinya yang masih hidup (Kej. 11:27-29), telah mempunyai 12 orang anak laki-laki; 8 orang anak berasal dari istrinya yang masih keluarganya dan 4 orang anak berasal dari gundiknya.


Ayat 21 menerangkan bahwa dari keluarga besar inilah akan dilahirkan orang-orang Aram. Poin penting dari perikop ini adalah perannya sebagai latar bagi kelanjutan kisah keluarga Abraham. Di dalam perikop sebelumnya, kita mendapati sebuah konfirmasi bagaimana Abraham dalam kehidupan imannya berulang kali menunjukkan ketaatan yang luar biasa dan kesigapan untuk bertindak dengan bergantung sepenuhnya kepada Allah.


Abraham telah melihat cara hidup bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, tetapi ia telah menerima janji Allah bahwa keturunannya akan menjadi bangsa yang besar dan menjadi berkat bagi semua bangsa di bumi (Kej. 22:17-18). Dan bagian dari paket panggilan itu adalah untuk menjadi berbeda dari orang-orang di sekitarnya. Sebagai ayah, tugas Abraham adalah untuk meneruskan proses estafet panggilan dan pembentukan jati diri sebagai orang beriman itu kepada anaknya, Ishak, yang juga telah menunjukkan kualitas sebagai seorang beriman (Kej. 22:1-19). Sebagai seorang yang telah ditebus, Ishak akan menjadi penerus perjanjian Allah dengan Abraham. Sebagai ayah, Abraham akan memastikan bahwa sang penerus perjanjian ini akan mendapatkan pasangan yang terbaik, yang berkenan kepada Allah, dan yang akan dipakai Allah juga untuk meneruskan garis keturunan perjanjian ini. Karena alasan-alasan inilah maka keturunan Nahor menjadi penting untuk dipaparkan sebagai jembatan kepada babak berikutnya dalam kehidupan bapak-bapak leluhur bangsa Israel ini.

Scripture Union Indonesia © 2017.