Ucapan syukur sebagai tanda percaya

Mazmur 138

Mengapa kehidupan pengucapan syukur kita sering tidak konsisten? Kadang kita bersyukur, tetapi lebih sering bersungut-sungut. Alkitab mencatat perjalanan bangsa Israel di padang gurun lebih banyak dipenuhi dengan keluhan dan ketidakpuasan terhadap Tuhan. Ini memperlihatkan ketidakpercayaan mereka kepada-Nya.


Pemazmur, yaitu Daud, mengajar kita untuk bersyukur kepada Tuhan, tetapi bukan semata-mata karena terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan sesaat. Ucapan syukur harus lahir dari memercayai penuh Tuhan sebagai Pemilik dan Pemelihara hidup. Daud mengemukakan tiga hal sebagai landasan bagi dirinya dalam mengucap syukur: Pertama, ucapan syukur dibangun oleh kesadaran bahwa kasih setia Tuhan telah lebih dahulu nyata dalam diri Daud. Oleh karena itu, segala allah lain tidak berarti bagi dia. Janji dan kasih setia Allah telah dibuktikan dengan setia menjawab doa dan memberikan kekuatan (3). Kedua, ucapan syukur Daud dibangun oleh kesadaran bahwa semua orang, termasuk raja-raja, telah mendengar ketetapan janji firman-Nya dan jalan-jalan-Nya. Kemuliaan Tuhan atas janji dan jalanNya telah ditunjukkan dengan kehadiran-Nya bagi orang yang hina dan ketidak-hadiran-Nya ditengah orang yang sombong (4-6). Ketiga, ucapan syukur Daud dibangun oleh ingatannya atas keberpihakan Tuhan dalam mempertahankan hidupnya, yaitu pertolongan Tuhan saat ia diserang musuh (7).


Kesadaran pemazmur Daud terhadap sifat-sifat dan perbuatan Tuhan dapat menjadi landasan bagi kita untuk bersyukur di tengah-tengah permasalahan yang ada. Dengan terus menyadari dan mengingat kasih setia Tuhan yang nyata dalam hidup kita, kepercayaan kita kepada Tuhan pun bertambah kuat. Apa yang Anda alami saat ini? Tekanan hidup yang bertubi-tubi, baik dalam pekerjaan, rumah tangga, atau kebutuhan hidup yang tak terpenuhi? Sandarkan diri kita kepada Tuhan yang setia, yang pasti memelihara kita. Mari belajar bersyukur seperti Daud.

Scripture Union Indonesia © 2017.