Tenang dekat Tuhan

Mazmur 131

Aku telah menenangkan dan mendiamkan jiwaku; seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya". Apakah ayat ini menggambarkan jiwa kita? Dunia hari ini berputar begitu cepat, begitu banyak informasi berseliweran di sekitar kita dari penjuru dunia, tuntutan pekerjaan begitu tinggi, tuntutan kehidupan ekonomi, tuntutan dari keluarga, tuntutan dari kantor dan lain sebagainya. Tampaknya hidup ini dipenuhi dengan berbagai tuntutan yang seolah tak ada habis-habisnya. Dapatkah jiwa kita tenang, seperti anak berbaring dekat ibunya, dalam hiruk pikuk tuntutan seperti itu?


Kepada setiap kita, Allah telah memberikan takaran yang pas sesuai porsi kita (1c-d, bdk. Rm. 12:3). Yang menjadi bagian kita, harus kita pertanggungjawabkan kepada Allah dan yang bukan bagian kita, harus kita percayakan kepada Dia. Manusia seringkali merasa tidak puas dengan bagiannya. Ia ingin menjadi yang paling top dalam segala upayanya: menjadi orang terkaya, gereja dengan jemaat terbanyak, orang yang paling dibutuhkan, orang yang paling berkuasa dlsb. Kita ingin menjadi yang paling ini dan paling itu sehingga kalau bisa dunia tidak berputar tanpa kehadiran kita. Mental seperti inilah yang seringkali merusak diri kita dan juga gereja. Orang yang memiliki mental seperti ini merasa dirinya tidak aman sebelum tiba di puncak. Begitu tiba di puncak, dia merasa tidak aman bila tidak terus menambah ketinggian hingga semakin jauh berada di atas orang lain. Pada akhirnya, alih-alih menjadi yang terbaik di bidang yang Tuhan percayakan, dia hanya menjadi biasa-biasa saja walau menguasai banyak bidang. Alih-alih bisa jadi berkat bagi lingkungannya, gereja malah memilih prestasi dalam hal jumlah, bukan membina serta mengutus orang-orang yang Tuhan telah percayakan.


Tenang di dekat Tuhan membuat kita peka akan apa yang Tuhan ingin kita kerjakan dalam hidup ini. Jadilah alat anugerah Tuhan yang terbaik, bukan karena ambisi, tetapi karena mengenal rencana-Nya dalam hidup ini!

Scripture Union Indonesia © 2017.