Melihat dengan iman

Mazmur 126

Jika kita memfokuskan seluruh perhatian kita kepada Allah yang benar, maka kita tidak akan pernah kehabisan alasan untuk bersyukur dan berharap. Mazmur ziarah ini terbagi menjadi dua: refleksi atas kepulangan bangsa Israel ke negerinya dan permohonan agar Tuhan memulihkan juga keadaan alam mereka sehingga mereka dapat kembali hidup makmur.


"Hidup ini tidak adil!" begitu keluhan yang kadang terbit di hati kita, disadari maupun tidak. "Kenapa orang beriman hidupnya susah? Kenapa orang baik dihukum Tuhan lebih keras daripada mereka yang jelas-jelas jahat, tetapi bisa terus berkubang di dalam kejahatan mereka?" Ada begitu banyak pertanyaan dalam benak kita. Begitu banyak hingga bagaikan kabut tebal yang menutupi pandangan kita ke depan.


Iman bagaikan laser yang bisa menembus tebalnya kabut ketidakjelasan hidup hingga kita dapat melihat kebaikan Tuhan. Setelah puluhan tahun di pembuangan, ketika Tuhan akhirnya membawa bangsa Israel kembali ke negeri mereka, mereka masih bisa melihat betapa besarnya karya Tuhan melalui terbuang dan kembalinya mereka. Mereka ternganga, terlonjak-lonjak kegirangan, dan mengembalikan segala hormat, pujian, dan syukur mereka kepada Tuhan.


Ketika menemukan bahwa negeri mereka dalam keadaan yang merana, mereka datang kepada Tuhan meminta pemulihan. Mereka percaya bahwa kalau Tuhan yang memulihkan, maka padang gurun pun bisa menjadi padang rumput. Karena itu mereka tidak duduk diam. Sambil memohon dan meratap mereka tetap melakukan bagian mereka, yaitu menyiangi tanah, menabur benih, dan menyiapkan jalan bagi pekerjaan Tuhan.


Kondisi hidup yang bangsa Israel hadapi tidak serta-merta membuat orang bersyukur dan berharap. Dibutuhkan iman yang sejati untuk bersyukur dan berharap dalam segala keadaan. Cukup tangguhkah iman Anda untuk melihat Tuhan menembus kegelapan kabut yang menyelubungi kehidupan?

Scripture Union Indonesia © 2017.