Bersyukur dalam doa

Mazmur 124

Liturgi ibadah Minggu, dibuka dengan sebuah votum, "Pertolongan kita adalah dalam nama TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi" (8). Pernahkah Anda bertanya apa makna votum ini? Mengapa sebuah ibadah harus dimulai dan dimeteraikan oleh pernyataan ini?


Menjalani kehidupan di tengah dunia yang berdosa dan yang rusak oleh dosa bukanlah suatu hal yang aman. Kecelakaan dan bahaya selalu mengintai dan bisa menerkam kita kapan saja. Entah itu terpeleset di kamar mandi, kecelakaan lalu lintas, atau bencana alam seperti tsunami yang terjadi di Aceh, tahun 2004 yang lalu. Banyak hal buruk bisa terjadi tanpa kita sadari atau mampu kita elakkan.


Daud, dalam mazmur hari ini, memaparkan betapa banyaknya hal yang bisa "menelan kita hidup-hidup" (3), menjerat kita, dan membuat diri kita menjadi mangsa. Bahaya jasmani maupun rohani selalu ada di sekeliling kita selama masih hidup di dunia ini. Musuh-musuh berwujud manusia (2-3) maupun kuasa-kuasa jahat (yang dilambangkan dengan air dan sungai; 4-5) siap menenggelamkan kita dalam kehancuran dan kebinasaan. Daud dengan tegas mengatakan bahwa kalau kita masih dalam keadaan sehat-walafiat jasmani-rohani, itu semua karena "TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi." Betapa luar biasanya! Dia yang begitu besar, yang menjadikan langit dan bumi, memperhatikan kita satu demi satu. Ya, satu demi satu! Dia menjaga langkah kita, menjaga hidup kita, menjaga kesehatan kita jasmani-rohani sehingga Minggu, demi Minggu, kita masih bisa kembali datang ke gereja untuk bersekutu dengan saudara seiman dan memuliakan nama-Nya.


Kalau begitu, apa seharusnya isi doa kita saat datang menghadap Dia? Menyembah dan mengucap syukur? Atau kita hanya meminta dan menuntut? Ingatlah bahwa apa yang Ia telah lakukan dalam hidup kita jauh melampaui yang kita sadari. Karena itu berhentilah bersungut-sungut dan mulailah memuji nama-Nya serta mengucap syukur kepada-Nya!

Scripture Union Indonesia © 2017.