Injil membawa derita?

Kisah Para Rasul 17:1-9

Survei yang dilakukan oleh George Gallup di Amerika menyatakan bahwa kurang dari sepuluh persen orang Kristen injili yang dapat disebut benar-benar berkomitmen sebagai pengikut Tuhan. Kalau survei itu dilakukan di Indonesia apakah Anda termasuk dalam bilangan yang kurang dari sepuluh persen itu? Komitmen mengikut Yesus baru dapat dilihat ketika orang menghadapi perlawanan terhadap imannya, adakah dia tetap bertahan dalam iman atau malah mundur dan menyangkal Yesus. Bila iman kita kepada Kristus menjadi ganjalan bagi kenaikan jabatan kita dalam pekerjaan, adakah kita tetap setia mengikut Kristus?


Yesus berkata, "Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang (Mat. 10:34). Maka ketika Injil dinyatakan orang tidak dapat bersikap netral. Itulah yang terjadi ketika Paulus memberitakan Mesias yang menderita, yaitu Yesus. Orang jadi terpecah, beberapa jadi percaya dan mengikut Paulus dan Silas (4), sementara yang lain malah iri serta memilih menjadi oposisi. Tak sekadar menjadi oposisi, mereka kemudian main kasar dengan merekrut preman pasar untuk memunculkan keributan (5-8). Dan karena tidak memperoleh sasaran yang dimaksud (Paulus dan Silas), mereka menghasut rakyat dan menawan Yason serta orang-orang lain yang baru percaya. Betapa berat konsekuensi yang mereka tanggung sebagai pengikut Kristus. Namun sejauh itu, tak ada laporan bahwa Yason dan temannya mundur dari iman. Paulus memang telah mengajarkan bahwa sebagai orang percaya mereka telah ditentukan untuk menderita (1Tes. 3:3-4).


Mengikut Yesus sebagai Tuhan memang membuat kita harus bayar harga, baik itu berupa kenyamanan, keamanan, bahkan nyawa. Namun bila kita sadar siapa sesungguhnya Pribadi yang kita imani maka kita tahu bahwa teguh berpegang pada iman kita niscaya tidak akan sia-sia, berapapun harga yang kita harus bayar. Dan ingatlah bahwa Dia tidak pernah meninggalkan kita sendirian menanggung semua itu. Ia ada beserta kita. Imanuel!

Scripture Union Indonesia © 2017.