Otoritas Yesus

Matius 21:23-27

Yesus tidak termasuk salah seorang dari para imam dan karena itu
tidak memiliki kuasa di Bait Suci. Kalau begitu, dari mana asal
otoritas (kuasa) Yesus untuk bisa membubarkan perdagangan dan
penukaran uang di halaman Bait Suci? Pertanyaan ini muncul dari
para pemuka agama saat itu (lih. Mar. 11:27) sebagai utusan
resmi dari mahkamah agama Yahudi. Mereka merasa sebagai otoritas
tertinggi dan berhak memberikan otoritas itu kepada pihak lain.
Pertanyaan mereka bukan hendak mencari kebenaran, tetapi hendak
menggugat Yesus.


Jawaban Yesus menunjukkan otoritas dan hikmat-Nya. Ia mengajukan
pertanyaan balik dengan menggunakan sosok Yohanes Pembaptis yang
diakui masyarakat memiliki otoritas dari Allah (ayat 26).
Pertanyaan Yesus memperhadapkan kepada para pemuka agama ini
konfrontasi langsung dengan kebenaran. Kalau mereka mengakui
otoritas Yohanes Pembaptis, seharusnya mereka tidak
mempertanyakan otoritas Tuhan Yesus karena Yohanes Pembaptis
bersaksi mengenai Yesus dan otoritas-Nya (Yoh. 1:15, 29-34).
Persoalannya bukan pada bagaimana membuktikan dari mana asal
otoritas Yesus, tetapi mau atau tidak menerima kebenaran yang
sudah terpampang di depan mata. Jawaban para pemuka agama jelas
mengelak dari tuntutan kebenaran (ayat 27). Berarti, klaim
mereka sebagai yang berhak menentukan siapa berotoritas atau
tidak menjadi gugur. Maka Yesus pun tidak mau banyak bicara
lagi.


Dari catatan Injil Matius, otoritas Ilahi dari Tuhan Yesus
terpampang nyata baik melalui pengajaran-Nya (ayat 7:28-29)
maupun dalam pelayanan-Nya. Banyak orang yang melihat bahkan
tidak sedikit yang mengalami langsung otoritas Yesus.
Persoalannya adalah ada orang-orang, dan di antaranya para
pemuka agama, yang membutakan mata rohani mereka dari fakta
tersebut. Mudah-mudahan Anda bukan termasuk salah seorang yang
pura-pura tidak melihat dan bahkan yang menolak otoritas Tuhan
Yesus.

Scripture Union Indonesia © 2017.