Menghormati kekudusan Allah

Yehezkiel 46:19-24

Sebagai rumah Allah, Bait Suci dibuat sedemikian rupa dengan
memperhatikan kemahakudusan Allah. Bukan hanya pembagian
pelataran, bahkan pembagian dapur pun dibuat dengan memperhatikan
hal itu. Memang semua detail dalam rancangan Bait itu ditentukan
oleh Allah sendiri.


Ada dua dapur di Bait Allah yang diperlihatkan pada Yehezkiel. Satu
untuk para imam dan yang lain untuk jemaat. Yang satu terletak di
sebelah utara tempat kudus (ayat 19). Lokasi ini dipakai untuk
memasak korban penebus salah dan korban penghapus dosa, serta
untuk membakar korban sajian (ayat 20). Tugas memasak
korban-korban tersebut dilakukan oleh para imam. Para imam juga
diberi hak istimewa untuk menikmati bagian dari persembahan yang
diperuntukkan bagi mereka. Dan dapur itulah yang menjadi tempat
makan para imam. Posisi dapur tersebut memungkinkan imam untuk
tidak bertemu jemaat agar mereka tidak mentransmisikan kekudusan
kepada umat (bnd. Yeh. 44:19). Betapa agungnya kekudusan Allah
hingga umat tidak bisa sembarangan memasuki tempat kudus-Nya,
meskipun tempat itu hanya berfungsi sebagai sebuah dapur.


Dapur yang kedua terletak di pelataran luar, di keempat sudutnya.
Yang memasak adalah petugas-petugas Bait Suci, suatu jabatan yang
lebih rendah dari imam (bnd. Yeh. 44:11). Korban sembelihan dari
umat Tuhan disiapkan di dapur ini.


Pembagian dua jenis dapur di Bait Allah dan berbagai aktivitas yang
telah dirancang untuk dilakukan didalamnya, memperlihatkan adanya
gradasi kekudusan seperti yang terdapat di pelataran. Ini
mengajarkan tentang kekudusan Allah yang tidak bisa dibuat
main-main. Tidak sembarang orang boleh memasukinya. Meski
demikian kita juga melihat bahwa Allah bukanlah Allah yang tidak
terhampiri. Ia ingin juga bersekutu dengan umat-Nya. Karena itu
ada tempat yang disediakan bagi umat. Dari sini kita belajar
bahwa ibadah di dalam berbagai aspeknya harus dilakukan dengan
penuh penghormatan kepada kekudusan Allah.

Scripture Union Indonesia © 2017.