Menghampiri Allah

Yehezkiel 41:13-26

Penglihatan Yehezkiel kini sampai pada bagian utama dari Bait Suci,
yakni ruang balai, ruang kudus, dan ruang mahakudus. Inilah
bagian sebenarnya Bait Suci itu, dan merupakan bagian yang
tertutup. Ini menandakan bahwa Allah, sekalipun hadir di tengah
umat-Nya, tetap berada terpisah dari manusia oleh karena
kekudusan-Nya.


Bait Suci itu berbentuk bujur sangkar yang sempurna, berukuran 100 x
100 hasta. Ini melambangkan kesempurnaan Allah yang bersemayam di
dalamnya. Ukiran-ukiran gambar yang menghias dinding-dinding Bait
Suci, yaitu kerub-kerub dan pohon kurma, sama dengan yang ada di
dinding Bait Allah Salomo (ayat 1Raj. 6:29-36). Kerub adalah
makhluk sorgawi yang bersayap, yang menopang kemuliaan Allah
(ayat 9:1; ps. 10). Malaikat ini pernah ditugaskan menjaga pohon
kehidupan di taman Eden (Kej. 3:24). Kehadirannya di Bait Suci
melambangkan kekudusan dari ruang maha kudus. Pohon kurma
melambangkan pengharapan dan kemakmuran (Mzm. 92:13). Dengan
demikian kedua ukiran ini menyatakan bahwa Allah adalah sumber
perlindungan dan kemakmuran. Selain hiasan kerub dan pohon kurma,
Yehezkiel juga melihat suatu benda yang menyerupai mezbah kayu di
hadapan ruang mahakudus (ayat 21), yang dinamai “meja yang ada di
hadirat Tuhan”. Mungkin mezbah itu adalah meja roti sajian yang
merupakan perabotan penting Kemah Suci (Kel. 25:23-30).


Membaca bagian-bagian Bait Suci yang rumit dan penuh makna ini,
mengajarkan kita bagaimana kita dapat menghadap hadirat Allah.
Pertama, kita harus menguduskan diri. Di dalam doa maupun ibadah,
hati dan pikiran kita harus selalu dijaga agar tidak tercemar
dosa. Kedua, tindakan menghampiri Allah adalah tindakan yang
menyatakan syukur kepada-Nya. Menghadap Allah bukan sekadar untuk
meminta berkat-berkat-Nya, tetapi juga menaikkan ucapan syukur
atas penyertaan-Nya. Saat kita menghampiri Allah Yang Maha Kudus,
ingat dan lakukanlah kedua hal ini yaitu menjaga kekudusan diri
dan mengucap syukur!

Scripture Union Indonesia © 2017.