Di manakah Tuhan hadir?

Yehezkiel 41:1-12

Kadangkala kita menghubungkan kehadiran Allah pada suatu tempat;
Allah hadir di gereja, misalnya. Sekali pun telah kita ketahui
bahwa Allah adalah Roh yang tidak terikat dan menetap pada suatu
tempat tertentu, bahkan tak terbatasi oleh ruang dan waktu,
tetapi secara sadar atau tidak kita sering membuat-Nya menjadi
terbatas.


Umat Israel juga sering membatasi kehadiran Allah hanya pada tempat
kudus. Sewaktu masih mengembara, tempat kudus umat Israel adalah
Kemah Suci. Di dalamnya terdapat Tabut Tuhan yang menjadi simbol
kehadiran dan penyertaan Tuhan. Kemah Suci ini dijaga
kekudusannya melalui suku Lewi yang ditunjuk Allah untuk hal itu.
Setelah menetap di tanah Kanaan, Bait Suci menjadi tempat ibadah.
Konsep bangunannya sama dengan Kemah Suci. Hanya Bait Suci
bersifat permanen dan megah. Lokasi Bait Suci adalah tempat kudus
di mana Daud pernah melihat Allah (ayat 2Taw. 3:1). Kini
Yehezkiel mendapat penglihatan akan Bait Suci yang baru sebagai
penghiburan bagi umat yang sedang menderita. Penglihatan
Yehezkiel sangat detail sampai kepada ruang mahakudus (ayat 3-4),
yakni ruang tempat Allah bersemayam. Letak ruang maha kudus yang
terlindungi oleh ruang besar yang disebut ruang kudus menunjukkan
bahwa ruangan tersebut tidak dapat sembarangan dimasuki.


Allah di dalam kekudusan-Nya menghendaki agar siapapun yang akan
menghampiri-Nya menjaga kekudusan diri. Semua yang berhubungan
dengan-Nya harus kudus, “Kuduslah kamu, sebab Aku, TUHAN,
Allahmu, kudus (Im. 19:2). Gereja Tuhan adalah kudus! Namun ada
satu tempat yang sering kita biarkan tercemar, padahal Tuhan
telah memilih untuk bersemayam di dalamnya, yaitu tubuh kita.
Paulus mengatakan bahwa Bait Suci yang sesungguhnya adalah tubuh
kita (ayat 1Kor. 3:16). Di dalam tubuh yang kita miliki inilah
Tuhan Allah Yang Maha Kudus berdiam. Maka jika kekudusan telah
menjadi bagian diri kita, layakkah bila kita mem-biarkan tubuh
kita dicemari oleh dosa?

Scripture Union Indonesia © 2017.