Jangan buang aku pada masa tuaku

Mazmur 71

Dalam cerita-cerita silat kita membaca bahwa ilmu silat yang tinggi
dimiliki oleh pesilat berusia lanjut. Karena penguasaan ilmu yang
makin tinggi, maka semakin lanjut usia semakin ia perkasa. Kita
tahu bahwa ini tidak masuk akal, tetapi semacam takhyul belaka.
Namun apa yang tidak benar ini kerap kita pegang dalam cara kita
melihat kehidupan beriman. Kita kira bahwa jika sudah beriman
sejak muda bahkan sejak kanak-kanak, pastilah di masa tua kondisi
kehidupan beriman kita akan tangguh. Seumpama pesilat yang tenaga
dalamnya makin mendekati sempurna, maka kita berpikir begitu juga
kehidupan iman orang berusia lanjut.


Kesaksian pemazmur menyatakan bahwa harapan tadi adalah lamunan
kosong. Bukan saja berbagai ancaman yang datang tidak berkurang,
tetapi makin berbahaya (ayat 4). Meski sudah beriman sejak muda
dan terus setia sampai tua, tetapi kondisi fisik melemah termakan
usia sedikit banyak mempengaruhi ketangguhan mental orang yang
lanjut usia. Maka pemazmur memohon agar Allah meluputkan dia dari
cengkeraman orang keji, dari ejekan mereka (ayat 11). Ia memohon
agar kekhawatiran manusiawi bahwa Allah akan membuang dia dengan
jalan tidak menolongnya ketika kekuatannya semakin merosot
bersama dengan bertambahnya usia, tidak terjadi.


Semakin hari usia makin bertambah. Mungkin sekarang belum, tetapi
kelak kita akan menjadi tua. Saat itu ada masalah khas yang akan
kita alami. Daya ingat dan konsentrasi mengalami penurunan.
Suasana hati dipengaruhi emosi yang turun naik karena berbagai
kemerosotan fungsi tubuh. Si musuh dengan berbagai taktik masih
akan terus menyerang, menggoda, menghimpit kita. Lalu akankah
kita terkapar? Tidak! Vitalitas iman kita tidak tergantung pada
kondisi manusiawi kita, tetapi pada Sang gunung batu (ayat 3)
yang telah menopang sejak kita dalam kandungan ibu (ayat 6) dan
sampai kita tua Ia tidak berubah (Yes. 46:4). Maka saat
kegentingan usia lanjut mulai mengintip, hanya dalam keperkasaan
Allah kita dimampukan untuk memasyhurkan nama-Nya (ayat 15, 22).

Scripture Union Indonesia © 2017.