Kebodohan penyembahan berhala

Yesaya 44:9-20

Apa kebodohan penyembahan berhala? Perikop ini memaparkan secara
ironis kebodohan tersebut. Pertama, menyembah yang bukan Allah.
Allah hanya satu, Sang Pencipta. Semua yang lain hanyalah
ciptaan, yang tidak layak dan tidak boleh disembah. Kedua,
menyembah yang mati. Baik kayu maupun besi adalah benda-benda
mati yang tidak memiliki sedikit pun kehidupan, apalagi daya
untuk menyelamatkan. Ketiga, menyembah yang dibuatnya sendiri!
Adakah kebodohan yang lebih besar daripada perbuatan ini?


Bukankah sesuatu yang menggelikan bahkan menyedihkan bila melihat
seseorang memperlakukan sebatang kayu sebagai sesembahan, yang
dimintai pertolongan (ayat 17)? Padahal sebagian kayu itu dipakai
menjadi kayu bakar (ayat 15), sebagian lainnya dipahat menjadi
patung. Mengapa bisa terjadi kebodohan seperti itu? Semua itu
menunjukkan perbudakan dosa yang melanda kehidupan manusia. Tubuh
dikendalikan hawa nafsu, pikiran ditumpulkan dengan hal-hal yang
tidak masuk akal, dan hati dibuat dingin terhadap relasi kasih
dan kudus, baik terhadap Tuhan maupun terhadap sesama.


Kita hidup di zaman yang campur aduk antara pengaruh modernisasi
dengan pandangan pramodern yang bersifat takhayul, bahkan juga
dengan pikiran pascamodern. Masih banyak orang yang terjebak
dalam bentuk-bentuk mistik dan perdukunan. Namun orang modern pun
memiliki berhala-berhala seperti teknologi, materialisme, dan
hobi-hobi mahal yang merusak alam ciptaan Tuhan. Sementara itu
orang-orang pascamodern mencari-cari berbagai sensasi dan
pengalaman untuk mengisi kekosongan hidupnya. Semua itu hanya
menunjukkan betapa malang dan konyolnya orang-orang yang
menyandarkan hidup pada hal-hal yang sementara, yang tak sedikit
pun bisa menjamin masa depan kekekalan mereka. Marilah kita, yang
oleh anugerah Tuhan boleh dilepaskan dari perbudakan dosa,
menjadi alat-alat anugerah Tuhan bagi mereka yang masih
dibelenggu oleh ilah-ilah palsu.

Scripture Union Indonesia © 2017.