Bila tak ada kebenaran

Hakim 19:1-30

Pasal ini berkisah tentang kasih dan sikap yang akan muncul bila tak
ada kasih. Manifestasi kasih adalah kepedulian pada orang lain,
dan ketiadaan kasih akan termanifestasi pada sikap amoral.


Mertua si Lewi menunjukkan kasihnya kepada anak dan menantunya,
dengan membiarkan si Lewi menginap lebih lama di rumahnya (ayat
4-9). Orang Efraim juga peduli pada si Lewi yang kemalaman di
jalan. Ia menyediakan rumahnya untuk tempat mereka menginap
(ayat 20-21). Berbeda dari orang Gibea. Mereka sama sekali tidak
peduli pada orang Lewi dan gundiknya yang kemalaman di jalan
(ayat 15). Dan ketika ada orang yang menyediakan rumahnya untuk
si Lewi, mereka malah bersikap amoral yang sangat bobrok (ayat
22-25).


Sementara si gundik memiliki kasih yang hanya cukup untuk tinggal
beberapa waktu lamanya dengan si Lewi, tetapi tidak untuk
selamanya (ayat 2). Si Lewi hanya memiliki sedikit kasih kepada
gundiknya, yang ditunjukkan dengan menjemput kembali gundiknya
dari rumah ayahnya (ayat 3). Namun bagaimana saat ia
diperhadapkan pada pilihan antara keselamatan diri atau
istrinya? Ia menyerahkan gundiknya pada orang Gibea, bagai
melemparkan sekerat daging kepada anjing-anjing buas yang
kelaparan (ayat 25). Yang parah, ia tidur lelap hingga pagi
(ayat 27), sementara gundiknya menjadi korban kebrutalan orang
Gibea. Sungguh tak berperasaan! Nyata bagaimana kasihnya kepada
gundiknya. Tak heran bila gun-diknya pergi meninggalkan dia.
Lebih lagi, ia memutilasi mayat gundiknya menjadi dua belas
bagian dan mengirimkannya kepada setiap suku Israel agar mereka
menuntut balas.


Seperti itulah sikap dan kelakuan manusia bila hidup menurut
pandangannya sendiri, dan melupakan kebenaran serta kedaulatan
Allah. Kekacauan, hilangnya perikemanusiaan, dan sikap amoral
yang sangat brutal dan bobrok menjadi dampaknya. Lalu apakah
kita mau terus hidup berlawanan dengan kebenaran Allah, bila
kita tahu dampaknya bagi kita dan masyarakat? Mari perbarui
tekad kita.

Scripture Union Indonesia © 2017.