Menghadapi lingkungan fasik

mazmur 28

Hidup benar sebagai umat Tuhan yang mendapatkan pengurapan (ayat 8)
di tengah-tengah orang-orang yang fasik (ayat 3), sungguh tidak
mudah. Apalagi kalau merasa sendirian (ayat 2), akan lebih mudah
goyah dan berkompromi dengan kemunafikan. Itulah yang digumuli
oleh pemazmur, dan juga banyak dihadapi oleh orang-orang percaya
yang hidup di masa kini.


Kita tidak hidup di dunia yang steril dari dosa. Kita hidup
bersama-sama dengan orang-orang yang munafik, yang serakah, yang
menghalalkan segala cara, bahkan kalau perlu dengan menjatuhkan
orang lain, karena tujuan untuk memperkaya diri. Kondisi
demikian membuat kita terjepit. Bahkan dapat membuat kita
berpikir, bahwa jika kita tidak ikut-ikutan munafik, maka kita
akan dilibas habis. Meski kita sudah berdoa kepada Tuhan dan
meminta kekuatan, tetapi tampaknya Tuhan tidak segera bertindak.
Tak heran bila kita merasa sendirian, tidak tahu berapa lama
lagi bisa bertahan.


Ada dua hal yang pemazmur lakukan untuk menghadapi situasi seperti
itu. Pertama, ia tidak berhenti berdoa dan berharap, walaupun
Tuhan belum menjawabnya. Pemazmur percaya bahwa hanya Tuhanlah
sumber kekuatan dan kemenangan iman. Sebab itu, pemazmur
mengarahkan doa-doanya ke takhta Allah di ruang maha kudus (ayat
2). Maka dalam pergumulan itu, ia tidak kehilangan keyakinan
bahwa Tuhan pasti akan menjawab dan menolong dia (ayat 6-7).
Kedua, pemazmur memohon keadilan Tuhan agar mereka yang jahat
dihukum setimpal (ayat 4-5). Permohonan ini sangat realistis
karena bila dibiarkan, kemunafikan mudah menjalar. Pemazmur
merasa bahwa ia bisa jatuh ke dalam dosa yang sama (ayat 3).
Dengan sendirinya, hal itu akan menjadi kesaksian yang buruk
bagi umat Tuhan (ayat 9).


Oleh karena itu, mulailah dengan tetap bertekun dalam doa dan tidak
berhenti berharap kepada Tuhan. Kita boleh minta keadilan Tuhan
ditegakkan, tetapi sebagai murid Kristus, kita bisa mendoakan
pertobatan mereka.

Scripture Union Indonesia © 2017.