Berjuang melawan dosa

Hakim 3:1-11

Tindakan keras Tuhan menghukum umat-Nya bukan semata-mata untuk
kebinasaan mereka, tetapi juga untuk membentuk mereka menjadi
umat yang tangguh (ayat 1-4). Kegagalan mereka dalam peperangan
rohani, tidak berarti mereka harus menyerah pula dalam
peperangan jasmani. Mereka tetap memiliki tanggung jawab untuk
membangun kehidupan yang mandiri dan tidak dikendalikan oleh
bangsa-bangsa lain.


Kisah hakim Otniel merupakan kisah pertama sekaligus semacam pola
bagaimana Tuhan bertindak atas umat-Nya yang bebal. Ada dua hal
yang bisa kita pelajari melalui pola ini. Yang pertama, jerat
dosa sungguh dahsyat. Berulang kali Israel jatuh ke dalam dosa
\'melakukan apa yang jahat di mata Tuhan\' (ayat 6; lih. 3:12,
4:1, 6:1, dst.). Tidak ada seorang pun yang bisa bermain-main
dengan dosa lalu luput dari konsekuensinya. Karena bermain-main
dengan sesembahan bangsa lain (ayat 5-6), Tuhan mengizinkan
mereka mengalami penjajahan bangsa lain. Penjajahan itu bukan
hanya secara fisik tetapi juga dalam berbagai aspek kehidupan
lainnya. Inilah hakikat perbudakan dosa!


Kedua, belas kasih dan kemurahan Tuhan selalu lebih dahsyat daripada
kuasa jerat dosa (ayat 9-11). Tuhan mendengar seruan umat yang
tertindas, padahal itu adalah akibat ulah mereka sendiri. Tuhan
membangkitkan seorang penyelamat yang diurapi Roh-Nya untuk
membebaskan mereka dari penindasan musuh. Sepanjang penyelamat
itu hidup dan memimpin mereka, mereka pun aman dari tekanan
musuh mereka.


Syukur kepada Allah. Kuasa dahsyat dosa telah tuntas dihancurkan
oleh pengurbanan Kristus di salib. Umat Tuhan masa kini tidak
perlu jatuh bangun seperti umat Israel. Roh Tuhan bukan hanya
diberikan kepada pemimpin umat, melainkan kepada setiap orang
percaya. Tidak ada alasan untuk kalah dan menyerah terhadap
godaan dosa. Bangkit, lawan musuh Anda, bukan dengan kekuatan
sendiri melainkan dengan kuat kuasa Kristus yang ada di dalam
Anda!

Scripture Union Indonesia © 2017.