Pelanggaran Perjanjian

Hakim 2:1-23

Sikap Israel yang kompromi dengan musuh adalah jahat di mata Tuhan,
karena merupakan ketidaktaatan terhadap Perjanjian Sinai (ayat
1-5). Dulu di Gilgal, orang tua mereka memberi diri disunat dan
merayakan Paskah sebagai tanda ketaatan mereka untuk dipimpin
Tuhan (Yosua 5). Kini mereka menangis di Bokhim karena teguran
Malaikat Tuhan. Sayangnya, bukan tangisan penyesalan karena dosa
melainkan karena akibat perbuatan mereka.


Akibat kompromi dengan musuh, Israel terjerumus kedalam perzinaan
rohani, yakni menyembah Baal dan Asytoret (ayat 11, 13). Mengapa
bisa terjadi? Karena Israel melupakan perbuatan Tuhan di masa
lampau (ayat 10-12). Hal ini tidak lepas dari kepercayaan agama
purba yang melihat dewa sebagai penguasa lokal belaka. Tuhan
memang perkasa dalam peperangan, tetapi menurut mereka Baallah
sumber kesuburan tanah Kanaan. Israel melupakan janji setia
orang tua mereka kepada Tuhan dengan menyembah ilah-ilah Kanaan
(ayat 17; Yos. 24:16-17). Mudah berjanji, ternyata mudah pula
mengabaikannya. Bukankah kerapuhan seperti ini melanda dunia
masa kini dengan petunjuk angka perceraian yang tinggi?


Kejahatan Israel menjadi-jadi (ayat 19). Mereka tidak belajar dari
pengalaman masa lalu, bagaimana Tuhan menghukum karena
ketidaksetiaan, tetapi juga dalam belas kasih dan karena
perjanjian-Nya, tetap menyelamatkan mereka. Akhir-nya Tuhan
membiarkan musuh mereka menjadi jerat supaya mereka sadar bahwa
mereka membutuhkan Tuhan (ayat 21-22).


Membaca Hakim-Hakim sebenarnya serupa dengan bercermin diri.
Kebebalan Israel merefleksikan kebebalan kita. Berapa sering
kita melupakan anugerah dan kebaikan Tuhan bahkan janji dan
komitmen kesetiaan kita, untuk kemudian berpaling mengandalkan
ilah dunia ini: teknologi, kenikmatan dunia, dan kedekatan
dengan penguasa. Kita menganggap hal-hal itulah yang berarti,
Tuhan menjadi nomor dua. Itulah yang kita akan tuai, bila tidak
cepat bertobat dan balik lagi pada Tuhan!

Scripture Union Indonesia © 2017.