Bagaimana menghadapi Yudas?

Yohanes 13:21-30

Sejak pasal 6 dan 12 kita sudah menerima informasi bahwa Yudas
adalah pengkhianat. Andaikata Injil Yohanes merupakan film
spionase, ceritanya mungkin demikian: jati diri si penyusup plus
pengkhianat itu dibuka lebar-lebar, lalu hukuman dijatuhkan.
Namun di sini yang kita temukan justru berlawanan. Setelah para
murid tahu bahwa Yesus akan diserahkan kepada para penguasa,
Yesus justru mempersilahkan si pembelot pergi dan melaksanakan
rencananya. Kita tentu tergoda bertanya, mengapa?


Injil Yohanes tidak menjawab pertanyaan tadi secara langsung. Namun
sejauh ini kita tahu bahwa penyaliban Yesus memang bagian dari
kehendak Allah; juga hasil pengkhianatan Yudas. Karena itulah
Yesus tidak mencegahnya. Yang jadi pertanyaan kita, apakah nas
ini mengimbau kita untuk menganut fatalisme dalam hidup:
anggapan bahwa segala sesuatu dalam kehidupan ini sudah
ditentukan atau ditakdirkan? Tidak, karena kita melihat di sini
bukan kepasrahan buta yang fatalistis, melainkan sikap aktif
Yesus yang secara rela merespons rencana dan kehendak Sang Bapa
dalam ketaatan. Bagaimana menghadapi Yudas? Kalimat Yesus kepada
Yudas justru bernada perintah, seakan menandai kesiapan Yesus
menjalani babak akhir pelayanan-Nya di bumi. Ini bukan kalimat
orang yang pasrah membuta dan menyerahkan segalanya pada nasib.
Apa yang terjadi pada Yesus dalam pasal-pasal berikut-Nya adalah
akibat dari pilihan aktif ketaatan-Nya.


Sebagai murid Kristus, kita tidak diminta untuk pasrah menerima
keadaan, apapun yang terjadi. Panggilan kita adalah bersikap
taat. Kita tidak boleh lupa bahwa ketika Setan bekerja dan
mengatur siasat, Allah turut bekerja melalui kuasa Roh-Nya dan
juga melalui ketaatan kita. Penderitaan, kesusahan, beban
pelayanan, dan juga sukacita dan penghiburan, semuanya kita
tanggung bukan karena pasrah begitu saja kepada undian nasib
yang tak terduga, melainkan karena kita memilih untuk taat
kepada kehendak-Nya.

Scripture Union Indonesia © 2017.