Saling mengasihi

Yohanes 13:14-20

Banyak orang Kristen berani mengklaim bahwa ia telah melayani Tuhan,
tetapi tidak banyak orang yang bisa mengklaim bahwa ia telah
merendah, dan bahkan mengambil risiko kehinaan sosial luar biasa
seperti Tuhannya demi melayani orang lain. Apa yang dilakukan
Tuhan Yesus dalam nas yang kita baca kemarin dan hari ini
bertujuan agar kita tanpa ragu-ragu lagi memenuhi panggilan
kemuridan kita dengan praktik saling melayani. Sederhananya:
Tuhanmu saja mau merendahkan diri, masa kamu yang murid-Nya
justru gengsian?


Tapi faktanya soal tinggi rendah memang masih jadi penyakit dan
cacat yang mencemari pelayanan dan kasih orang Kristen. Ada
banyak contoh. Di kalangan \'petinggi\' rohani, penghormatan
terhadap pemimpin gerejawi atau organisasi pelayanan kadang
menyamai perlakuan pada para pembesar, mulai dari permintaan
fasilitas istimewa, sikap ABS, dll. Tidak hanya itu, kita yang
melayani pun kerap salah kaprah menyamakan tanggung jawab dengan
status sosial. Kita memperlakukan tanggung jawab sebagai penanda
\'keberbedaan\' kita dari orang lain, bukan beban kudus yang
datang dari Allah. Pola relasi orang beriman bukannya
mendemonstrasikan kasih dengan saling melayani dalam kebhinekaan
status dan kondisi umat Kristus, tetapi justru sejajar dengan
skema atasan-bawahan yang berlaku di tengah orang-orang yang
belum mengenal Tuhan. Tidak heran banyak orang yang menganggap
diri memiliki status yang menjulang tinggi mengharapkan dilayani
sebagai suatu kompensasi.


Kasih bukanlah sekadar perasaan. Kasih juga bukan entitas rohani
belaka. Kasih mewujud melalui tindakan nyata, yaitu saling
melayani. Jika wujudnya tidak ada, namanya jelas bukan kasih.
Namun kasih dan pelayanan juga bukan ekspresi kehebatan diri.
Orang Kristen tidak perlu menunggu diri kaya, berkuasa, pintar,
dll., baru bisa melayani. Kita mampu mengasihi karena Kristuslah
yang memampukan kita mulai mewujudkan kasih itu dengan
kerendahan hati.

Scripture Union Indonesia © 2017.