Hikmat dalam berkata-kata

Amsal 11:1-17

Berbicara masalah integritas dalam hidup akan menyangkut banyak hal.
Salah satu di antaranya adalah tentang ketidakjujuran yang
terjadi dalam bidang perdagangan. Misalnya dengan menggunakan
timbangan atau ukuran yang menyalahi standar; mempromosikan
produk dengan membesar-besarkan kualitasnya, bahkan tidak jarang
dengan menjelek-jelekkan produk lain yang menjadi saingan.


Untuk sesaat, mungkin saja ketidakjujuran dapat memperkaya diri,
tetapi cepat atau lambat akan berbalik dan berakibat
menghancurkan (3, 6, 8). Yang lebih mengerikan adalah akibat yang
akan diterima setelah hidup di dunia ini berlalu. Hasil kelicikan
di dunia ini tidak berguna ketika orang harus menghadapi
kematian. Kekayaan sebanyak apapun tidak akan dapat mencegah
kematian (4). Semua hasrat orang akan terkubur bersama jasad yang
membusuk (7). Disaat itu orang harus menghadap Tuhan untuk
diadili sebab di mata Tuhan, semua bentuk ketidakjujuran adalah
kekejian (1).


Kata-kata bisa menjadi senjata, bisa juga menjadi peralatan yang
dapat mempermudah pekerjaan. Kata-kata bisa dipakai untuk membina
suatu hubungan baik. Ketidakjujuran dalam berkata-kata dapat
berakibat fatal: membinasakan manusia (9) dan meruntuhkan suatu
komunitas (11). Gosip, fitnah, tuduhan palsu, serta kata-kata
yang keras dan kejam adalah contoh nyata yang terbukti sepanjang
zaman telah banyak merusak relasi dalam keluarga, kerekanan
kerja, bahkan gereja dan pelayanan. Lidah licik memang berpotensi
memperdaya sesama, tetapi Tuhan yang mengenal hati akan membalas
setiap kejahatan.


Amsal mengajar kita bahwa kata-kata dan perbuatan memiliki kekuatan
untuk menghancurkan atau membangun. Dan kata-kata kita akan
tergantung pada hubungan kita dengan Allah. Hati kita akan
memancar ke dalam kata-kata kita. Karena itu bersikap rendah
hatilah di hadapan Tuhan (2) dan belajarlah pada-Nya. Niscaya Ia
akan memenuhi hati dan kata-kata kita dengan hikmat dan
kebenaran.

Scripture Union Indonesia © 2017.