Takut akan Tuhan

Amsal 10:17-32

Modal dasar untuk memiliki hikmat adalah takut akan Tuhan. Orang yang
takut akan Tuhan akan menanggalkan sikap yang egosentris dan
mengizinkan Tuhan mendidik dia di dalam kebenaran. Didikan Tuhan
dimulai dari sikap hati yang mau diajar dan tidak malas belajar
(17, 26). Sikap hati yang benar menundukkan diri untuk taat pada
Tuhan. Ketaatan pada disiplin yang diterapkan Tuhan membawa
berkat yang nyata dalam hidup ini, yaitu umur panjang (27) dan
hidup penuh kebahagiaan (28).


Disiplin yang dimaksud di sini adalah disiplin dalam berkata-kata
(18-21). Kuncinya adalah biarkan hati dan pikiran yang sudah
dikuduskan Allah mengendalikan kata-kata kita dan bukan
sebaliknya, kata-kata yang mengendalikan sikap! Biarlah setiap
perkataan yang keluar dari mulut kita dipikirkan matang-matang
terlebih dulu: apakah akan menjatuhkan orang lain atau
sebaliknya, memberkati sesama kita (20-21). Diam sejenak sebelum
merespons merupakan sikap berhati-hati yang akan menuai
penghargaan dan penghormatan dari Tuhan maupun dari orang lain.
Sebaliknya bicara tanpa pikir panjang sering mengakibatkan
pertengkaran dan berujung pada penyesalan yang tak ada gunanya,
bak nasi sudah menjadi bubur (18-19). Betapa banyaknya kata-kata
yang salah mengubah persahabatan jadi permusuhan, damai sejahtera
menjadi medan peperangan, simpati dan empati menjadi kecurigaan
dan dendam.


Perkataan orang benar sangat berharga. Sebab itu, bukan hanya
pengkhotbah yang harus fasih lidah, semua orang percaya pun harus
memiliki keandalan dalam berkata-kata. Bukan hanya dengan maksud
untuk menyenangkan hati orang belaka, tetapi juga untuk
menghibur, menguatkan, dan membangun sesama kita. Bila kita
merasa tidak memiliki kemampuan untuk berbicara dengan fasih,
jangan berkecil hati. Kata-kata bijak bukan lahir karena talenta
atau asil latihan, tetapi terutama dari memelihara relasi yang
baik dengan Tuhan, Sumber Hikmat dan kebajikan

Scripture Union Indonesia © 2017.