Mempertanggungjawabkan iman

Kisah Para Rasul 22:22-30

Meski Paulus telah memberikan penjelasan panjang lebar, hal itu tidak
meredakan amuk massa (22). Bagi orang Kristen Yahudi, menjadikan
orang-orang nonYahudi sebagai pengikut Kristus tanpa terlebih
dulu membuat mereka menjadi Yahudi, merupakan hal yang tak dapat
diterima. Jelaslah mereka lebih mengutamakan sebuah identitas
budaya dan bangsa daripada identitas iman.


Amuk massa itu kemudian berlanjut pada tindakan main hakim sendiri.
Orang-orang yang menghasut Paulus menuntut supaya Paulus dibunuh
(22). Karena rasa ingin tahu, kepala pasukan membawa Paulus ke
markas dan melanjutkan interogasi untuk mengetahui apa
sesungguhnya yang telah diperbuat oleh Paulus. Interogasi pada
zaman itu ternyata tak berbeda dengan yang terjadi sekarang,
yakni melibatkan penyiksaan (24-25). Akan tetapi, Paulus
menyatakan bahwa dirinya adalah warga negara Romawi. Maka ia
mempertanyakan perlakuan para pasukan terhadap dirinya, yang
merupakan pelanggaran terhadap hukum Romawi (25-27).


Berbeda dengan para penghasut yang bertindak tanpa aturan, para
pasukan tunduk kepada hukum Romawi. Para penghasut meski ingin
membela Hukum Taurat, terlihat lebih ingin mempertahankan adat
istiadat Yahudi yang kaku. Sebagai gantinya, penyelidikan
terhadap Paulus dilakukan melalui proses \'dialog\' dengan
memanggil imam-imam kepala dan seluruh Mahkamah Agama untuk
menjernihkan semua yang dituduhkan kepada Paulus (30).


Di dalam hubungan sensitif antarumat beragama di Indonesia, kita
diingatkan untuk selalu tunduk pada hukum. Kita juga diingatkan
tentang pentingnya kesiapan untuk \'berdialog\' tentang iman
Kristen. Paulus memang terhindar dari penyiksaan karena status
kewarganegaraannya, tetapi ia tetap harus mempertanggungjawabkan
imannya kepada para pemimpin agama Yahudi. Maka penting bagi kita
untuk bersaksi tentang iman Kristen, dan juga mampu memberi
pertanggungjawaban tentang isi iman kita.

Scripture Union Indonesia © 2017.