Bukan atas mukjizat

Kisah Para Rasul 20:1-16

Seorang misionaris berbeda dari seorang turis. Turis akan mengunjungi
tempat yang menarik, menikmati tempat itu, mengabadikannya dalam
foto, lalu pergi untuk mengunjungi tempat berikutnya. Paulus
adalah seorang misionaris, yang bepergian bukan untuk bertamasya.


Sebagai misionaris, apa yang Paulus lakukan? Pertama, Paulus
menjelajah ke berbagai tempat (2). Ia melakukan pengamatan dengan
saksama supaya dapat melayani jemaat yang dia kunjungi, serta
menguatkan hati mereka.


Kedua, Paulus bekerja keras. Menyadari waktu yang terbatas,
Paulus mengajarkan firman Tuhan hingga larut malam, bahkan sampai
fajar menyingsing (7, 11). Ia membuat perencanaan serta manajemen
waktu dengan ketat dan efektif (16).


Ketiga, meski Paulus dapat dikategorikan sebagai hamba Tuhan
\'senior\', ia bukan seorang yang berjuang sendirian. Dalam
pelayanannya, Paulus memerlukan dan menghargai dukungan orang
lain. Kita membaca daftar panjang rekan pelayanan Paulus:
Sopater, Aristarkhus, Sekundus, Gayus, Timotius, Tikhikus, dan
Trofimus (4).


Keempat, ay. 10 mencatat mukjizat melalui pelayanan Paulus: ia
membangkitkan orang mati. Paulus bukan hanya pandai mendiskusikan
firman Tuhan. Kuasa Tuhan juga bekerja nyata di dalam hidup dan
pelayanannya. Meski demikian, sebagai misionaris, Paulus tidak
menempatkan mukjizat sebagai prioritas di dalam pelayanannya.
Maka setelah peristiwa kematian Eutikhus menginterupsi
pengajarannya (10), Paulus segera kembali mengajarkan firman
Tuhan sampai fajar menyingsing (11).


Mukjizat memang bukan dasar iman yang teguh. Iman yang didasarkan
pada mukjizat akan mudah goyah. Maka tidak seharusnya kita
mendasarkan iman hanya pada apa yang dapat kita lihat atau alami!
Jangan pula kita mengajak orang lain untuk beriman pada Kristus
hanya karena ia melihat atau mengalami mukjizat. Bila mukjizat
menjadi awal perjumpaan dengan Kristus, teguhkanlah di atas
firman Tuhan, kebenaran yang abadi.

Scripture Union Indonesia © 2017.