Memisahkan iman dengan perbuatan?

Yakobus 2:14-20

Kesalahan terbesar yang orang Kristen bisa lakukan adalah memahami
iman terpisah dari pengamalannya. Seharusnya pengamalan iman
mengikuti kedalaman pemahaman orang tentang imannya. Akibat
terburuk dari pemisahan iman dan pengamalannya adalah orang jadi
pandai bersilat lidah tentang imannya. Kesalahan sebaliknya
adalah apabila orang berupaya menjadi lebih baik melalui
perbuatannya untuk tujuan kemanusiaan. Ini akan berdampak pada
pemujaan manusia karena perbuatan baik. Memisahkan iman dan
perbuatan bisa berdampak pada kesesatan.


Firman ini menegur kenyataan adanya orang Kristen yang tidak peduli
pada saudara seiman yang miskin atau kesusahan. Yakobus
mengingatkan bahwa tanpa ungkapan kepedulian, iman itu mati dan
tak berdaya. Orang yang memiliki iman demikian, sesungguhnya
bukan orang yang menyelami makna keselamatan (14-17). Percuma
mengklaim iman pada fakta kebenaran tentang Allah atau tentang
Kristus dan karya penyelamatan-Nya, sebab Iblis pun memiliki
pemahaman iman yang sama bahkan ia gentar kepada Allah (19)!
Tanpa ketaatan dan tindakan serasi dengan iman, sesungguhnya iman
itu kosong atau mati adanya (17, 20).


Kehidupan iman yang dinamis akan tampak dalam sikap seseorang
terhadap sesamanya. Kesejatian iman akan terlihat pada sikap
seseorang terhadap lingkungannya. Pekakah ia pada kebutuhan
sesama? Pedulikah ia untuk ambil bagian dalam kehidupan
bermasyarakat? Ringan tangankah ia pada masalah sosial sehingga
mau terlibat, setidaknya dengan menaikkan doa pribadinya? Iman
murni dalam Kristus akan menghasilkan perbuatan. Kebaikan yang
murni digerakkan oleh iman. Tidak ada alasan untuk memisahkan
keduanya.


Iman bagai daya imajinasi yang menggerakkan penulisan buku yang
tadinya kosong dengan beragam kisah yang menyenangkan hati Tuhan.
Kelak Dia akan menilai apakah buku itu sudah ditulisi dengan
indah dan bernilai sesuai dengan tujuan hidup pemiliknya.

Scripture Union Indonesia © 2017.