Bagi sesama

Bilangan 14:11-19

Tidak beriman adalah dosa yang amat serius. Dalam kasus Israel,
ketiadaan iman membuat mereka menolak rencana Allah yang baik.
Padahal sebelumnya mereka telah mengalami mukjizat Tuhan
bertubi-tubi yang membuat mereka bisa ke luar dari Mesir (11).
Sungguh bebal mereka! Masakan Tuhan tidak dapat membuat mereka
menduduki Kanaan? Mereka menghina Tuhan! Lalu Allah murka hingga
berniat membatalkan rencana-Nya bagi Israel dan melenyapkan
mereka dengan penyakit sampar (12). Ini perlu menjadi peringatan
bagi kita. Ketiadaan iman adalah penolakan terhadap rencana Allah
dan penghinaan terhadap kemuliaan-Nya. Jangan sekali-kali kita
mengambil posisi ini!


Musa, sang hamba Tuhan yang setia, mengambil posisi pengantara. Ia
berdiri di antara Tuhan dan umat. Ia mengajukan permohonan untuk
keselamatan bangsanya, dengan tetap menjunjung tinggi kemuliaan
Tuhan. Ia tidak ingin tindakan Tuhan melenyapkan Israel,
menjatuhkan reputasi-Nya di hadapan bangsa lain terutama Mesir
(13-16). Mereka tak akan paham bahwa penyebab Israel tidak bisa
masuk ke Kanaan bukan ketidakmampuan Tuhan! Maka menurut Musa,
kebesaran Tuhan harus dinyatakan dengan penggenapan janji-Nya,
yaitu Israel masuk ke Kanaan (16). Lagi pula dosa dan
pemberontakan manusia tidaklah lebih besar daripada kuasa dan
kebaikan Tuhan (17-19). Sebab itu Musa meminta Tuhan menunjukkan
kemurahan hati dan belas kasihan.


Musa menghormati Allah dan mengasihi bangsanya. Ia tidak mencari
kemuliaan diri (12). Itulah karakter hamba Tuhan. Karena
kesadaran bahwa dirinya hanyalah hamba, Musa tahu bahwa segala
keputusan berada di tangan Tuhan (18-19). Tuhan yang berhak
mengampuni atau menghukum.


Sebagai orang percaya yang telah menerima keselamatan dari Tuhan
Yesus, kita pun harus memiliki hati dan karakter semacam itu.
Karena "Setiap orang di antara kita harus mencari kesenangan
sesama kita demi kebaikannya untuk membangunnya" (Roma 15:2).

Scripture Union Indonesia © 2017.