Beranikah?

Lukas 23:50-56A

Selesai sudah! Yesus telah menghembuskan napas-Nya yang terakhir.
Menurut peraturan Roma, orang yang mati disalib tidak perlu
dikubur. Sementara tradisi Yahudi mengharuskan orang itu dikubur,
tetapi bukan di tanah pusaka mereka (Ul. 21:22-23). Lalu
bagaimana dengan mayat Yesus?


Yusuf dari Arimatea peduli terhadap hal ini. Ia mengurus segala
sesuatu agar mayat Yesus dikubur secara layak. Mulai dari meminta
mayat Yesus pada Pilatus (52), menurunkan mayat-Nya dari kayu
salib lalu mengapani-Nya. Ia, yang memiliki kuburan yang belum
pernah dipakai, menyatakan penghormatannya dengan menguburkan
Yesus di sana (53). Sebelum kisah ini, nama Yusuf dari Arimatea
tidak pernah disebutkan, apa lagi dinyatakan sebagai pengikut
Kristus. Yohanes menyebut dia: murid Yesus secara rahasia (Yoh.
19:38). Ia adalah anggota Majelis Besar (50). Kita tahu bahwa
Majelis Besar adalah sutradara di balik drama penyaliban Yesus.
Tetapi Yusuf dari Arimatea tidak setuju dengan keputusan dan
tindakan itu (51). Berarti ia tidak ambil bagian dalam keputusan
penyaliban Yesus. Sampai sesaat sebelum kematian Yesus, ia
"menyimpan" imannya diam-diam. Namun tindakannya telah
memperlihatkan kasih dan keberpihakannya pada Yesus. Serta
imannya (51)! Lukas menyatakan bahwa dia adalah orang yang baik
dan benar (50).


Bila melihat keseluruhan kisah yang tertulis dalam Injil Lukas, Yusuf
dari Arimatea bagai figuran di dalam sebuah film karena begitu
sedikit bagian kisah yang harus dia perankan. Namun kita tahu
betapa besar arti tindakannya, di saat kesebelas murid lain
justru bersembunyi karena takut disangkutpautkan dengan Yesus.
Iman yang ada dalam diri Yusuf dari Arimatea membuat dia berani
mengambil risiko, walau harus mempertaruhkan kedudukan dan
reputasinya. Inilah iman yang benar! Inilah murid Yesus yang
sejati! Bila iman kita kepada Yesus membuat kita harus menghadapi
risiko dengan mempertaruhkan nama baik, harga diri, atau jabatan,
beranikah kita mengambil sikap seperti dia?

Scripture Union Indonesia © 2017.