Tolak Yesus = terima murka

Lukas 19:41-48

Sungguh kontras sukacita para murid yang sedang mengelu-elukan Yesus
(37), bila dibandingkan dengan tangis Yesus saat Ia melihat
Yerusalem. Ia menangis karena Israel tidak tahu tentang apa yang
bisa mendatangkan damai sejahtera bagi mereka (41).


Sebenarnya Israel percaya bahwa Mesiaslah yang akan membawa damai
sejahtera dan memulihkan kerajaan Israel. Namun mereka
beranggapan bahwa itu akan tercapai saat Roma, yang waktu itu
menguasai mereka, dikalahkan dalam peperangan yang dipimpin oleh
Mesias. Tidak heran bila mereka menolak Yesus, meskipun Ia Mesias
sejati, karena Ia tidak sesuai dengan gambaran Mesias dalam benak
mereka. Padahal melalui kedatangan Yesuslah, Allah melawat
umat-Nya. Artinya menolak Yesus sama dengan menolak Allah. Tidak
heran bila penolakan mereka kemudian berakibat serius: Yerusalem
akan hancur di tangan Roma!


Penolakan juga dilakukan oleh imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat
setelah Yesus menunjukkan otoritas-Nya dalam pengusiran pedagang
di Bait Allah (45-46). Bukannya menjadikan Bait Allah sebagai
rumah doa, para pemimpin agama malah menjadikannya sebagai tempat
komersial demi keuntungan pribadi. Maka seperti menyiramkan
bensin ke api, tindakan Yesus membangkitkan amarah mereka.
Akibat-nya mereka bermaksud membinasakan Dia (47) sebelum Dia
lebih membahayakan posisi mereka, meskipun belum diketahui
caranya (48).


Dengan menolak Yesus, Israel memilih murka Allah. Terbukti, empat
puluh tahun setelah dinubuatkan, kehancuran Yerusalem terjadi.
Hal yang sama pun dapat terjadi pada kita. Jika kita menolak
Yesus, artinya kita menolak lawatan Allah atas kita. Itu berarti
kita harus siap menerima murka Allah! Itukah yang kita inginkan?
Bukankah lebih baik bila kita menyambut Allah yang melawat kita
melalui Kristus? Kiranya Tuhan membuat kita peka terhadap tanda
lawatan-Nya dan menolong kita untuk responsif.

Scripture Union Indonesia © 2017.