Kesempatan

Lukas 16:1-9

Harta dapat menjadi berkat, juga bisa menjadi kutuk. Tergantung
bagaimana menggunakannya: menjadikannya pemuas keinginan pribadi
atau sebagai sumber untuk melayani sesama. Inilah yang kita
pelajari sebagai topik utama dalam pasal 16 ini, yakni tentang
penggunaan harta.


Bendahara, dalam kisah ini, memiliki reputasi yang dapat mengancam
kedudukannya, terutama ketika tuannya meminta laporan keuangan.
Kuatir menghadapi ancaman pemecatan, ia putar otak, mencari cara
agar bisa memperoleh bantuan di kemudian hari. Dengan cerdik ia
mengambil hati orang yang berhutang kepada majikannya, dengan
mengurangi jumlah hutang orang tersebut (5-7). Mungkin si
bendahara melakukannya dengan mengurangi jumlah bunga pinjaman
orang tersebut yang seharusnya menjadi komisi untuk dia. Dengan
apa yang telah dilakukannya, si bendahara berharap telah menanam
budi sehingga suatu saat bisa memperoleh bantuan dari orang
tersebut. Bendahara yang tidak jujur ini telah belajar dari
kegagalannya. Ia mengorbankan miliknya dan kemudian memberikannya
pada orang lain supaya ia dapat mengambil keuntungan dari
pemberian itu dikemudian hari. Cerdik bukan? Itulah yang dipuji
Yesus dari bendahara ini, bila Dia membandingkannya dengan
anak-anak terang (8). Meskipun mungkin saja anak-anak dunia
menggunakan harta untuk hal-hal yang tidak benar, mereka tetap
memikirkan keuntungan semaksimal mungkin yang dapat diberikan
harta mereka.


Seharusnyalah kita bijak dalam memaksimalkan penggunaan harta, yang
sudah dipercayakan pada kita. Ingatlah bahwa harta tidak dapat
dibawa mati. Harta hanya bernilai selama kita hidup saja. Oleh
sebab itu jangan gunakan harta hanya untuk kepentingan diri
sendiri, gunakanlah juga untuk kemaslahatan orang lain. Karena
memiliki harta berarti juga menyandang tugas penatalayanan, maka
kita harus memikirkan bagaimana menggunakan harta dalam pelayanan
untuk memuliakan Allah.

Scripture Union Indonesia © 2017.