Akar segala kejahatan

1Timotius 6:1-10

Pengaruh ajaran sesat menyebabkan kesaksian jemaat ke masyarakat luar
menjadi buruk sehingga "nama Allah dan ajaran Kristen dihujat"
(1; bdk. 5:14b). Maka penting bagi jemaat memperlihatkan sikap
"menghormati" saudara seiman, terutama para janda, penatua, dan
hamba terhadap tuannya. Dengan "menghormati" tuannya, baik yang
tidak seiman (6:1) dan terlebih lagi yang seiman (2), serta
"melayani mereka dengan baik," para hamba mengikuti teladan
Kristus, yang menjadi hamba dalam ketaatan-Nya kepada Allah (Flp.
2:7). Di dalam Kristus, hamba maupun tuan adalah saudara (1Tim.
6:2; bdk. Gal. 3:28) dan setara. Namun dalam hubungan kerja,
masing-masing memiliki tanggung jawabnya sesuai dengan prinsip
firman Tuhan (Ef. 6:5-9; Kol. 3:22-4:1).


Pola hidup dan perilaku yang mencerminkan ibadah yang benar juga
terlihat melalui sikap terhadap materi. Ajaran sesat di Efesus
bukan hanya menyimpang dari ajaran Kristus serta ibadah yang
benar, tetapi juga memecah-belah jemaat dan dimotivasi oleh
keinginan menggaet keuntungan materi (1Tim. 6:3-5). Tidak jarang
di dalam gereja Tuhan muncul orang-orang atau pemimpin seperti
Simon si penyihir (Kis. 8:9-24), yang berusaha mengkomersialkan
agama. Paulus menegaskan bahwa ia tidak pernah "mencari
keuntungan dari firman Allah" (2Kor. 2:17; Kis. 20:33) atau
"mempunyai maksud loba yang tersembunyi" (1Tes. 2:5).


Ibadah memang memberi keuntungan besar, yakni keuntungan rohani (bdk.
1Tim. 4:8), jika disertai rasa cukup (5:6). Yang dianjurkan bukan
hidup melarat, melainkan rasa puas karena terpenuhinya kebutuhan
pokok kita (8; bdk. Mat. 6:33). Yang harus kita waspadai ialah
keserakahan, karena "cinta uang" itu seperti minum air laut makin
banyak makin haus. Waspadai dosa Akhan (Yos. 7) dan Yudas (Yoh.
12:6) yang akibat cinta uang, membuat mereka "menyimpang dari
iman" dan terbelit "berbagai duka" (1Tim. 5:9-10).


Renungkan: Di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada
(Mat. 6:21)!

Scripture Union Indonesia © 2017.