Karena Tuhan di pihak kita

Mazmur 124

"Ketika ayah datang, semua anak nakal yang mengganggu saya lari," ujar
seorang anak perempuan. Ucapan tersebut keluar dari perasaan
syukur dan bangga bercampur jadi satu. Umat Tuhan dalam perikop
ini juga mengenang pertolongan nyata Tuhan yang membuat mereka
berhasil menjalani sejarah. Bagi anak perempuan tadi, ayahnya
hadir dan dialami sebagai pelindung, pembela, dan penolong.


Berbagai ancaman yang tidak jarang didukung secara politis oleh
penguasa dan bahkan pemerintah setempat, menghadang umat Tuhan
dari zaman ke zaman termasuk kita. Mereka mengklaim mayoritas
sedangkan kita sepertinya minoritas yang tidak memiliki hak apa
pun.


Pemazmur melukiskan keganasan para musuh itu sebagai air yang dahsyat
yang mampu menerjang, menggulung, dan menenggelamkan apa saja yang
dilandanya (3-5). Memang orang zaman purbakala selalu melihat laut
dan air yang meluap sebagai lambang kuasa kekacauan yang tidak
mungkin ditanggulangi manusia.


Syukur kepada Tuhan! Pengalaman Israel adalah Tuhan telah meluputkan
mereka. Bukankah itu juga pengalaman kita, umat Kristen masa kini.
Bukan hanya di negeri tercinta kita, di berbagai tempat di penjuru
dunia, kesaksian anak-anak Tuhan menggema: Tuhan telah meluputkan
kami dari para musuh seperti burung yang luput dari jerat dan
perangkap pemburu (7).


Semua pengalaman ini seharusnya membuat kita mampu menyerukan
pernyataan keyakinan kita bahwa Tuhan, Sang Pencipta alam semesta
adalah penolong yang dapat diandalkan (8). Kuasa apa pun di bawah
kolong langit ini tunduk dan takluk di hadapan Penguasa Tertinggi.


Doakanlah: Gereja-gereja dan umat Kristen yang hidup di
negara-negara dan daerah-daerah yang sebagian penduduknya membenci
dan menganiaya mereka, agar mereka tetap bersandar kepada Tuhan
dan menantikan saat Tuhan akan meluputkan mereka.

Scripture Union Indonesia © 2017.