Panggilan untuk percaya

Roma 15:25-33

Injil yang utuh tidak hanya berbicara iman dan keselamatan jiwa
melainkan juga pemenuhan kebutuhan hidup secara jasmaniah.
Semangat penginjilan Paulus memang diarahkan untuk keselamatan
jiwa orang-orang nonYahudi sesuai dengan panggilannya. Namun
kepeduliannya kepada sesama saudara seiman yang sedang kesulitan
ekonomi juga tinggi. Paulus rindu, sebelum ia berkunjung ke Roma
dalam rangka penginjilan ke Spanyol ia boleh menjadi saluran
berkat jasmani bagi jemaat di Yerusalem. Berkat itu berupa
persembahan uang dari jemaat di Makedonia dan di Akhaya, yaitu
dari jemaat nonYahudi (26).


Adanya persembahan yang dilakukan oleh jemaat-jemaat nonYahudi kepada
jemaat-jemaat Yahudi itu menunjukkan adanya persekutuan sejati
umat Tuhan yang tidak memandang suku, bangsa, bahasa, dll. Oleh
karena itu, Paulus juga mau melibatkan jemaat Roma dalam
persekutuan ini dengan meminta dukungan doa mereka bagi perjalanan
pelayanan diakonianya ini (30). Ada dua hal yang ingin dicapai
Paulus. Pertama, agar jemaat Roma belajar makna persembahan dan
persekutuan sejati. Kedua, melalui dukungan doa jemaat di Roma,
Paulus mengharapkan pelayanannya diterima dengan baik oleh jemaat
di Yerusalem. Juga agar ia terhindar dari orang-orang Yahudi
nonkristen yang tidak senang terhadap diri dan pelayanannya, yang
berupaya menghalangi bahkan menyingkirkannya (31).


Kita perlu belajar menggalang persekutuan yang melampaui
batasan-batasan yang diciptakan dunia berdosa ini. Orang Kristen
tidak boleh membeda-bedakan diri karena denominasi, suku, bahasa,
status sosial, dll. Kasih Tuhan harus dinyatakan kepada semua
orang. Persekutuan sejati yang diwujudkan melalui kasih itu akan
menjadi kesaksian yang indah di mata orang dunia.


Nyanyikanlah: "Ku tak pandang dari g\'reja mana, asalkan berdiri
atas firman-Nya, engkaulah saudara-saudariku, marilah kita bekerja
sama."

Scripture Union Indonesia © 2017.