Hak dan kewajiban

Roma 15:14-24

Mungkin ada jemaat Roma yang mempersoalkan surat Paulus, dengan nada
kurang simpatik, "Mengapa Paulus begitu nyinyir dalam suratnya
kepada kita?" "Lihat, begitu panjang ia membeberkan ajarannya. Tak
kurang panjangnya pula nasihat-nasihat moralnya. Memangnya, siapa
sih Paulus itu? Apa urusannya dengan kita? Apa kita kekurangan
pengajar yang berhikmat?"


Paulus memang tidak mempunyai andil secara langsung dalam mendirikan
jemaat di Roma. Namun sebagai rasul Kristus (1:1; 15:16), ia
memiliki otoritas untuk mengajar dan menasihati mereka. Sama
seperti jemaat lainnya, jemaat Roma, juga mempunyai masalah yang
sangat serius, yaitu hubungan antara orang-orang Kristen Yahudi
dengan orang-orang Kristen nonYahudi di dalam jemaat. Justru
Paulus menyatakan bahwa ia mengemban tugas sebagai pelayan atau
rasul Kristus bagi bangsa-bangsa lain. Tugasnya memberitakan Injil
(16,19) dan memimpin bangsa-bangsa lain kepada Kristus (18).
Kerasulan Paulus diteguhkan dengan tanda-tanda (19; bnd. 2Kor.
12:12) yang menunjukkan bahwa Kristus sendirilah sesungguhnya yang
mengerjakan itu semua melalui dirinya. Paulus berbesar hati atas
panggilan kerasulannya karena ia dikaruniai kehormatan
memberitakan Injil di tempat-tempat yang belum mendengar Injil
(Rm. 15:20-21). Dengan menegaskan kerasulan-Nya, Paulus menyatakan
kerinduannya bersekutu dengan mereka, sehingga mereka boleh
mendukung rencana pelayanannya ke Spanyol (24).


Teladan Paulus yang patut kita ikuti adalah hak dan kewajiban tidak
dicampuradukkan. Ia berhak didengar, namun ia tidak memaksa. Ia
berkewajiban menginjili orang nonYahudi, ia melibatkan jemaat Roma
untuk mendukung pelayanan mulia ini.


Renungkan: Kasih memungkinkan kita untuk saling peduli dan
memperhatikan keadaan saudara-saudara seiman. Kasih mendorong kita
untuk bersekutu dan saling berbagi berkat.

Scripture Union Indonesia © 2017.