Apa dasar Abraham dibenarkan?

Roma 4:13-25

Jika pertanyaan ini dilontarkan kepada orang Yahudi, pasti jawabnya
atas dasar Taurat. Logika agama Yahudi dan hampir semua agama dunia:
taat kaidah moral Ilahi mendatangkan perkenan dan keselamatan dari
Allah. Paulus menolak pandangan ini atas dasar beberapa fakta
penting ini.


Pertama, fakta sejarah. Abraham adalah nenek moyang bangsa Israel.
Ia dibenarkan karena memercayai janji akan beroleh keturunan bukan
karena Taurat (ayat 13). Kedua, jika beroleh keturunan Abraham itu
disebabkan melakukan Taurat maka janji Allah sebelumnya menjadi
sia-sia dan batal (ayat 14). Ketiga, fakta moral bahwa tidak ada
seorang pun dapat menggenapi Taurat. Jadi, Taurat bukan jalan
keselamatan, tapi alat pembongkaran dosa yang mendatangkan murka
Allah (ayat 15). Urutan jalan keselamatan adalah: anugerah janji
iman keselamatan. Urutan akibat dari menekankan Taurat adalah:
Taurat usaha pelanggaran murka Allah.


Apakah iman yang membuat Abraham dibenarkan? Iman bukan bertumpu
pada kekuatan kemauan Abraham sebab bila demikian iman berubah
menjadi usaha. Iman yang membuat Abraham dibenarkan adalah menyambut
janji Allah, berpegang pada kuasa-Nya mencipta dan menghidupkan yang
mati (ayat 17b), dan berharap terus kepada Allah yang setia kepada
firman-Nya (ayat 18), meski fakta dirinya dan Sarah sebenarnya tidak
mungkin beroleh keturunan. Iman Abraham tidak didasarkan atas
kondisi apa pun dari dirinya, tetapi didasarkan atas kuasa dan
kesetiaan Allah semata.


Prinsip ini berlaku juga bagi semua manusia yang ingin "dibenarkan"
seperti Abraham, menjadi keturunan Abraham (ayat 23-24). Janji Allah
kepada Abraham, dari beroleh keturunan dan melaluinya banyak bangsa
diberkati, kini menjadi "memiliki dunia" (ayat 13). Prinsip
keselamatan bagi seisi dunia adalah iman saja bukan usaha.


Renungkan: Iman kepada Yesus yang mati dan bangkit bagi
dosa-dosa kita membuat kita dibenarkan, persis seperti Abraham
dibenarkan (ayat 24-25).

Scripture Union Indonesia © 2017.