Berikanlah hartamu bagi-Ku!

Keluaran 25:1-9

Kekayaan bukanlah jaminan seseorang bersedia memberikan uangnya bagi
pembangunan gedung gereja. Tidak sedikit mereka yang memberi
hartanya adalah orang yang hidup dalam kekurangan. Di mana
perbedaannya? Perbedaannya ada pada hati seseorang bukan uangnya.


Sebelum meninggalkan Mesir, Allah menggerakkan hati bangsa Mesir untuk
membekali Israel dengan benda-benda berharga (Kel. 12:35-36). Apa
fungsi perbekalan barang berharga itu di tengah-tengah padang
gurun? Sebenarnya, makanan dan minumanlah yang lebih mereka
butuhkan untuk perjalanan melintasi padang gurun. Lalu, mengapa
Allah mengatur supaya Israel memiliki semua barang itu?


Pada nas ini, barulah terlihat rencana Allah yang mengizinkan Israel
memperoleh emas, perak, serta kain-kain berharga itu, yakni semua
harta itu akan digunakan sebagai persembahan khusus bagi
pembangunan kemah suci (Kel. 25:3-6). Allah tidak merampasi harta
umat-Nya bagi kepentingan diri-Nya sebab Ia tidak membutuhkan
harta untuk memperkaya diri-Nya sendiri. Ia justru menciptakan
alam semesta dengan kekayaan bumi yang terkandung di dalamnya.
Jika Ia meminta Israel memberikan harta mereka maka Ia bermaksud
melihat kerelaan hati umat-Nya memberi bagi pekerjaan-Nya di bumi
ini. Ia menghendaki hati yang rela untuk memberi bagi
pekerjaan-Nya (ayat 1-2). Namun, pembangunan kemah suci tidak
hanya membutuhkan beragam batu-batu mulia melainkan juga
memerlukan tenaga dan keahlian untuk membuat perabotannya dan baju
efod sebagai baju para imam (ayat 7, 9). Semua itu diperlukan bagi
kepenuhan kemuliaan Allah di tengah-tengah manusia (ayat 8).


Sudah selayaknya kita memberi harta, tenaga, dan waktu kita bagi
pekerjaan Tuhan. Dia sudah memberikan yang terbaik bagi kita,
yakni diri-Nya sendiri. Pemberian yang terbaik diukur dari
kerelaan hati, bukan besar jumlahnya.


Renungkan: Jika kita bisa memberi yang terbaik bagi Tuhan, mengapa
kita menahannya?

Scripture Union Indonesia © 2017.