Allah mengukir hati kita

Ibrani 8:1-13

Setelah menjelaskan keunggulan imamat Kristus dari imamat Lewi,
penulis Ibrani melanjutkan dengan menunjukkan keunggulan
perjanjian yang baru dari Perjanjian Sinai. Imam Besar Kristus
dihadirkan Allah karena Perjanjian Sinai tidak dapat menyelesaikan
tuntas masalah dosa umat Tuhan di PL (ayat 7). Mengapa demikian?
Pertama, keberdosaan umat menyebabkan mereka tidak mampu setia
kepada Allah (ayat 9). Kedua, Perjanjian Sinai dengan perangkat
ritualnya yang dicatat dalam Hukum Taurat, merupakan bayang-bayang
dari pelayanan pendamaian sejati yang hanya mungkin dilakukan oleh
Allah sendiri (ayat 5).


Melalui Imam Besar Yesus, Allah menghadirkan pelayanan yang jauh lebih
mulia daripada pelayanan di kemah suci yang didirikan manusia.
Pelayanan Kristus bersifat langsung dari takhta Allah (ayat 1-2).
Hasil dari pelayanan Kristus sebagai Imam Besar adalah perjanjian
yang baru yang menggantikan Perjanjian Sinai (ayat 8-10a).
Walaupun isi kedua perjanjian sama, yaitu hubungan Allah dengan
umat-Nya (ayat 10b; band. Kel. 19:5-6), namun kualitas relasi yang
dihasilkannya sangat berbeda. Perjanjian Sinai menorehkan Hukum
Taurat di loh-loh batu, sedangkan pada perjanjian yang baru, hati
umat Allah menjadi tempat firman-Nya diukirkan (ayat 10b). Itu
sebabnya, umat perjanjian baru dimampukan untuk menaati firman dan
menjalani hidup kudus berkemenangan (ayat 11-12).


Kita harus memanjatkan syukur kepada Allah di dalam Tuhan Yesus. Dia
adalah Imam Besar yang telah mendamaikan kita dengan Allah melalui
kurban diri-Nya di kayu salib. Oleh karena itu, hidup kita kini
adalah hidup yang telah diperbarui-Nya. Hidup kita berdiri atas
dasar anugerah Allah. Ia ingin kita mewartakan Kabar Baik ini
kepada setiap orang yang masih dibelenggu dosa maupun oleh ritual
masa lalu yang tidak lagi dibutuhkan.


Renungkan: Bila di hati tertulis firman-Nya, pasti muncul kerinduan
untuk memuliakan melayani Dia.

Scripture Union Indonesia © 2017.