Ku tahu siapa yang kupercaya.

Kejadian 15:1-21
Minggu Paskah ke-3

Mengapa setelah menjadi anak Tuhan kita masih bermasalah? Di mana
bukti dari janji-janji Allah yang memberikan pengharapan dan
berkat-berkat? Apakah kenyataan di atas membuat iman kita ciut?
Masihkah kita tetap percaya bahwa Tuhan kita dapat dipercayai?


Abram telah menerima janji TUHAN bahwa ia akan menjadi bangsa yang
besar dan keturunannya akan menempati tanah Perjanjian. Namun
sampai saat itu, ia belum juga memiliki putra kandung. Kini TUHAN
meneguhkan janji-Nya sekali lagi dan Abram percaya akan janji itu
(ayat 6).


TUHAN meneguhkan janji melalui upacara peneguhan perjanjian (ayat
9-11, 17-19). Upacara serius itu sekaligus 'sumpah' TUHAN sepihak
kepada Abram. Melalui lambang "perapian yang berasap dan suluh
yang berapi" (ayat 17) yang melewati dan membakar korban berupa
potongan daging yang dipersiapkan Abram (ayat 9-11), TUHAN seakan
bersumpah, "Biarlah Aku terbakar seperti korban itu kalau Aku
ingkar janji".


Bersama itu Allah bernubuat mengenai keturunan Abram yang harus
menjadi bangsa yang diperbudak selama empat ratus tahun sebelum
mereka menikmati tanah Perjanjian (ayat 13-16). Hal ini merupakan
peneguhan bagi Abram, sekaligus penguat hati bahwa TUHAN dapat
dipercaya. Memang jalannya panjang. Janji TUHAN tidak secara
langsung digenapi, tetapi pasti digenapi.


Bukan saja umat Israel diingatkan tentang kesetiaan Allah pada
janji-Nya, kita pun umat-Nya dalam Yesus Kristus dikuatkan hati.
Kita tahu bahwa oleh kasih setia TUHAN di dalam Yesus, kita adalah
pewaris sorga, tanah Perjanjian yang jauh lebih mulia, yang
disediakan bagi kita Israel rohani. Juga bahwa berbagai
'penundaan' janji Tuhan adalah latihan agar kita makin bertekun
dalam iman dan bertumpu kepada Ia yang berjanji.


Bersyukurlah:
Kita, yang percaya kepada Tuhan Yesus, adalah ahli waris tanah
perjanjian surga dan segala berkatnya.

Scripture Union Indonesia © 2017.