Kemunafikan menghalangi berkat.

Lukas 14:15-24
Minggu Sengsara ke-2

Melalui pendekatan kisah Lukas pada perikop ini, kita mendapatkan
gambaran tentang ciri-ciri orang munafik. Di antaranya adalah
mereka cepat puas diri. Selalu menganggap bahwa diri mereka cukup
baik sehingga tidak pernah atau mau berpikir untuk mengevaluasi
diri dan prioritas-prioritasnya dan menganggap bahwa setiap
keputusan yang mereka ambil selalu tepat.


Di rumah orang Farisi yang mengundang Yesus, seorang tamu berseru,
"Berbahagialah orang yang akan dijamu dalam Kerajaan Allah."
Namun, segera Yesus menjawab dengan perumpamaan, yang intinya
adalah tidak semua orang yang diundang akan dapat menikmati jamuan
makan itu (ayat 16-23). Apa yang Tuhan Yesus maksudkan dengan
perumpamaan ini? Pada masa itu bila seseorang mengadakan perjamuan
besar dan mengundang tamu-tamu, maka pada hari H-nya tamu-tamu
yang bersedia hadir akan dijemput oleh pelayan-pelayan dari tuan
yang punya hajatan. Namun, ada tamu-tamu yang semula bersedia
hadir ternyata membatalkan keinginan mereka untuk hadir karena ada
keperluan lain yang mendesak yang dianggap lebih penting (ayat
18-20).


Melalui perumpamaan ini tersirat bahwa Yesus mengecam mereka yang pada
saat-saat terakhir menolak untuk hadir. Sikap inilah yang Yesus
maksudkan sebagai sifat munafik. Mereka puas karena diri mereka
dianggap penting oleh orang lain sehingga diundang, tetapi mereka
tidak mampu memberikan prioritas lebih lanjut atas kehormatan itu.
Mereka memilih melakukan sesuatu bukan untuk kepentingan orang
lain, tetapi untuk kepentingan diri sendiri, tanpa memperhitungkan
akibat penolakan mereka bagi si pengundang.


Camkanlah!:
Jika kita menganggap bahwa kita adalah milik Tuhan namun dalam
kehidupan ternyata kita tidak memprioritaskan Tuhan, kita pun
munafik!

Scripture Union Indonesia © 2017.