Cinta dunia atau cinta Allah?

1 Yohanes 2:12-17
Minggu Advent 1

Yohanes memberi peringatan kepada orang Kristen tentang adanya
ancaman yang dapat merusak persekutuan dengan Allah, yaitu cinta
kepada dunia. Yohanes memberi dua alasan. Pertama, bahwa kasih
pada dunia tidak berasal dari Allah (ayat 16). Dunia yang
dimaksud bukanlah bumi yang kita huni, juga bukan manusia yang
tinggal di bumi. Dunia menurut Yohanes adalah semua hal yang
melawan Allah. Kedua, bahwa dunia yang dikasihi manusia tidak
bersifat kekal (ayat 17). Sungguh merupakan kebodohan jika kita
mengasihi hal-hal yang tidak kekal. Akan tetapi manusia tidak
menyadarinya. Manusia lebih mencintai hal yang kelihatan yang
bersifat sementara.


Bagaimana karakteristik cinta dunia? Yohanes menyebutkan tiga ciri
khas cinta dunia:


[1] keinginan daging. Perlu dipahami bahwa wajar dan manusiawi jika
manusia memiliki keinginan. Masalah timbul jika keinginan
bercampur dengan daging membentuk keinginan daging. Istilah
daging dalam ayat 16 menunjuk pada semua hal yang menentang
Allah. Misalnya, keinginan seksual. Keinginan tersebut tidaklah
keliru, yang keliru adalah jika perwujudan keinginan tersebut
bertentangan dengan kehendak Allah. Keinginan seksual hanya
boleh dilakukan dalam koridor perkawinan;


[2] keinginan mata. Misalnya, mata melihat milik orang lain dan
menginginkannya. Mata membangkitkan nafsu rakus. Jika nafsu
berahi dan nafsu rakus bersatu akan mengarah pada dosa
perselingkuhan;


[3] keangkuhan hidup. Hidup adalah karunia Tuhan, tetapi ketika
hidup disandingkan dengan keangkuhan ia menjadi dosa. Keangkuhan
hidup merupakan pernyataan penolakan kehadiran Allah. Manusia
angkuh melihat benda, properti, uang, karir cemerlang yang
dimilikinya adalah prestasi bukan berkat Allah. Manusia angkuh
merasa tidak perlu bergantung pada Allah dalam hidupnya.


Renungkan:
Jika kasih pada Allah sudah mulai dingin, maka ini menjadi tanda
bahwa kita sudah mengasihi dunia ini.

Scripture Union Indonesia © 2017.