Injil tidak bisa dimatikan.

Kisah 11:19-30
Minggu ke-5 sesudah Pentakosta

Kekristenan di Yerusalem tidak dimatikan seiring dengan kematian
Stefanus. Walau peristiwa kematian Stefanus sangat tragis, tetapi
juatru telah menjadi titik berangkat bagi tersebarnya Injil. Di
dalam kehidupan kita sekarang, banyak sekali nilai-nilai
kebenaran dalam kehidupan yang kelihatannya sedang dihancurkan
secara teratur dan sistematis. Tetapi teks ini menyiratkan kepada
kita bahwa nilai-nilai kebenaran tidak pernah bisa dimatikan.
Peristiwa tragis itu telah membuat Kekristenan keluar dari padang
gembalaan lokal dan mulai menjangkau dunia secara utuh sebagai
ladang Injil. Dengan demikian Kekristenan keluar dari cobaan
untuk selalu mempersempit ruang gerak atau membatasi karya
pelayanan hanya di satu kawasan tertentu. Hasil yang diperoleh?
Jumlah orang Kristen semakin bertambah. Firman Tuhan mengatakan:
"Dan tangan Tuhan menyertai mereka dan sejumlah besar orang
menjadi percaya dan berbalik kepada Tuhan." Tidak saja terjadi
perubahan secara kuantitas, tetapi juga perubahan secara
kualitas.


Barnabas, seorang pemimpin yang baik dan berkualitas. Seorang
dermawan, berkarakter baik, dan beriman kepada Tuhan. Hal pertama
yang dilakukan ketika sampai di Antiokia ialah mengingat Paulus.
Ia bisa melihat sebuah potensi yang luar biasa di dalam diri
Paulus, akan sangat disesalkan jika potensi itu ditelantarkan.
Bukankah banyak sekali pemimpin yang tidak bisa bekerja sama
dengan orang lain? Akibatnya banyak sekali kesempatan-kesempatan
yang menentukan berlalu begitu saja. Banyak sekali masalah besar
di dalam gereja, karena kepemimpinan yang sangat menyedihkan.


Renungkan:
Ketika tantangan datang baik dari dalam dan dari luar menerpa
kehidupan kekristenan, kita membutuhkan seorang pemimpin seperti
Barnabas. Pemimpin seperti inilah yang mampu membuat suatu
perubahan besar.

Scripture Union Indonesia © 2017.