Penantian belum berakhir.

Mazmur 40
Minggu Paskah 7

Bagi sebagian orang, menanti adalah pekerjaan yang sulit dan
membosankan karena menuntut kesabaran dan disiplin diri yang
besar. Bagi orang beriman menanti berhubungan erat dengan
kedewasaan mental spiritual. Sehubungan dengan "menanti", umat
Tuhan dikenal sebagai orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan.
Orang beriman yang belajar menanti, tidak akan diperbudak oleh
hal-hal yang mendesak sebab tahu apa yang hakiki dan penting.
Iman, harap, dan kasihlah yang membuat kita mampu menempatkan
semua hal dalam hidup ini dalam nilai dan perspektif ilahi.


Dalam Mazmur ini, pemazmur melukiskan pengalaman hidupnya ketika ia
jatuh ke dalam jerat dosa, dan menanti-nantikan Tuhan. Bagi
pemazmur dosa seumpama lumpur hidup yang menghisap orang yang
jatuh ke dalamnya untuk mati terbenam hidup-hidup. Semakin keras
orang itu meronta berusaha melepaskan diri, semakin ia akan
tersedot oleh lumpur itu. Hanya jika ada pertolongan dari luar
sajalah, orang itu dapat diselamatkan. Inilah penantian yang
sekaligus menunjukkan bahwa usaha manusia jelas tak mampu
menyelesaikan masalah dosa. Allah tidak hanya mendengar teriakan
pemazmur minta tolong. Ia bahkan menjenguk dan mengangkat si
pemazmur dari lubang kebinasaan.


Banyak sekali kebaikan dan perbuatan Allah untuk kita, orang
beriman. Kebaikan Allah mencapai klimaksnya pada kedatangan
pertama sang Juruselamat. Ini menunjukkan bahwa Allah menggenapi
janji keselamatan yang dinantikan manusia. Penggenapan janji
Allah ini tidak berhenti sampai di sini, karena penggenapan
pertama ini justru memasukkan kita pada penantian yang terbesar
yaitu kedatangan-Nya yang kedua kali.


Renungkan:
Belajarlah hidup dalam penantian kedatangan Tuhan sebab itu
akan membuat kita mengutamakan kasih, kesucian, keadilan dan
kebenaran.

Scripture Union Indonesia © 2017.