Tidak ada masyarakat kelas dua.

Markus 5:21-34
Minggu Sengsara 1

Masyarakat Yahudi menganggap perempuan adalah masyarakat kelas
dua. Bagi perempuan normal (=sehat) keadaan ini sudah merupakan
siksaan, apalagi bagi perempuan yang menderita sakit pendarahan
selama dua belas tahun. Direndahkan, dianggap najis dan
dikucilkan dari masyarakat karena setiap orang yang menyentuhnya
juga menjadi najis.


Markus mengisahkan kepada jemaat saat itu, juga kita saat ini,
bagaimana Yesus mendobrak tradisi itu. Yesus membiarkan diri-Nya
disentuh oleh perempuan yang dianggap najis dan dikucilkan
setelah perempuan itu berhasil menerobos kerumunan orang banyak
hanya untuk menyentuh jubah-Nya. Ajaibnya, perempuan itu menjadi
sembuh. Tidak ada seorang pun yang menyadari peristiwa ajaib
tersebut -- selain Yesus dan perempuan itu -- kalau Yesus tidak
mengklarifikasinya. Dalam klarifikasi itu Yesus menyatakan
sekaligus menegaskan bahwa perempuan yang mereka anggap "najis"
itu telah menjadi tahir, suci sehingga harus diterima di
ingkungan sosialnya; dan bahwa kesembuhan itu terjadi karena ia
beriman kepada Yesus. Dengan imannya perempuan itu tidak
menyerah pada kendala yang dihadapinya untuk memperoleh jamahan
kuasa Allah.


Melalui peristiwa ini Markus mengajak jemaat, juga kita untuk
melihat tiga hal: pertama, bahwa perempuan bukan masyarakat
kelas dua, yang dapat diperlakukan seenaknya. Yesus melakukan
ini sebagai upaya mendobrak tradisi waktu itu. Kedua, bahwa
diri-Nya adalah Mesias. Dialah yang berkuasa atas segala
penyakit. Ketiga, kesembuhan dan keselamatan dikerjakan oleh
Firman dan iman kepada Yesus Kristus, Sang Juruselamat.


Renungkan:
Yesus bisa memakai berbagai cara untuk menolong kita mengatasi
berbagai pergumulan hidup, selama kita percaya dan berkeyakinan
sungguh pada kuasa-Nya.

Scripture Union Indonesia © 2017.