Kuldesak: sebuah jalan buntu kehidupan.

Kejadian 5:1-32
Minggu Epifania 4

Siapa yang dapat menghentikan lajunya kematian menerabas semua
yang hidup di bumi ini? Kematian adalah sesuatu yang menakutkan.
Sebisa mungkin -- meskipun sia-sia -- manusia berusaha melawan
atau menghindari. Dihadapkan pada fakta yang skematis ini kita
bertanya-tanya, apakah ada pengharapan? Bukankah seluruh hidup
kita hanya akan dirangkum seperti pasal 5 yang baru saja kita
baca: Ketika A hidup x tahun, ia menjadi ayah B. A hidup y tahun
setelah melahirkan B, dan dia memiliki anak-anak lelaki dan
perempuan. Maka, seluruh hari kehidupan A berjumlah z tahun, dan
dia mati.


Ada dua tokoh yang paling tidak perlu kita perhatikan di sini.
Pertama adalah Lamekh. Lamekh dalam pasal 5 bukanlah Lamekh
dalam pasal 4. Lamekh di sini adalah Lamekh yang membawa
pengharapan, membawa kemenangan. Tidak demikian dengan Lamekh
pencabut nyawa dalam pasal 4. Dalam garis keturunan Set, ada
jalan keluar dari kebuntuan. Pada akhirnya nanti Nuh akan lahir
-- Nuh yang memelihara kehidupan tetap berlangsung di muka bumi.
Tokoh kedua adalah Henokh. Dalam skema yang berulang dan
berulang, tiba-tiba terjadilah sebuah anomali. Henokh tidak ada
lagi karena ia diangkat oleh Tuhan. Dengan mengejutkan, kita
melihat bahwa tidak semua manusia mati. Henokh adalah sebuah
kasus khusus yang menyatakan ada pengharapan. Sebabnya jelas: ia
berjalan dengan Allah. Nuh adalah harapan Lamekh untuk menjadi
pelepas dari segala beban kehidupan manusia.


Maka, dari kuldesak kita melihat sebuah jalan keluar. Hidup tidak
harus begini terus. Ada pengharapan, ada kemenangan, asalkan
kita berjalan dengan Allah.


Renungkan:
Anda pun akan mati. Semoga nanti di batu nisan Anda tertulis:
hidup bergaul dengan Allah. Kematian telah dikalahkan oleh hidup
yang kekal!

Scripture Union Indonesia © 2017.