Damai sejahtera dari Tuhan.

Yohanes 20:19-23
Minggu Paskah 1

Di samping Maria, Petrus, dan Yohanes, para murid lain belum
mengalami damai dan kesukaan dari mengetahui bahwa Tuhan mereka
telah bangkit. Berita itu pasti telah tiba ke telinga mereka,
namun mereka bersembunyi di ruang berkunci karena takut kepada
para pemimpin orang Yahudi. Ketakutan yang sudah menyerang mereka
sejak menjelang Yesus di salib kini menjadi-jadi. Meski pintu
terkunci, tiba-tiba Yesus menampakkan diri di tengah mereka. Ia
mengulang lagi kata-kata yang telah diucapkan-Nya dalam
perpisahan-Nya (ayat 14:27), “Damai sejahtera bagimu.” Tetapi,
kata-kata ini baru menjadi kenyataan sesudah mata mereka melihat
sendiri bekas luka di tangan dan lambung-Nya (ayat 20). Sekejap
mereka mengalami kepenuhan makna “damai’ atau syalom, yaitu
kepenuhan hidup karena memiliki hubungan yang intim dengan Allah.
Sukacita keselamatan karena melihat Yesus yang bangkit memenuhi
hati mereka. Kesukaan melihat Yesus itu akan sempurna ketika
semua orang milik-Nya kelak berjumpa muka dengan muka dengan-Nya.


Sesudah penuh dengan damai dan sukacita karena kehadiran Yesus,
mereka menerima tugas menjadi utusan Kristus (rasul). Perhatikan
dua hal penting dalam ucapan pengutusan ini. Pertama, kualifikasi
pengutusan mereka adalah “seperti Bapa mengutus Aku” (ayat 21).
Kesamaan pengutusan itu terletak dalam dua hal. Pertama di dalam
fakta bahwa misi para murid adalah meneruskan misi Yesus dari
Bapa. Misi tersebut adalah membawa kabar baik keselamatan bagi
dunia ini. Kedua, misi itu harus dijalankan persis seperti cara
Yesus menjalankannya, yaitu di dalam ketergantungan penuh kepada
Bapa. Untuk memungkinkan mereka mengemban misi tersebut dengan
prinsip inilah, Yesus menghembuskan Roh Kudus kepada mereka.
Tindakan ini simbolis menunjuk pada pencurahan Roh Kudus kelak
pada hari Pentakosta. Pengutusan dan pencurahan Roh Kudus kelak
menjadi fondasi bagi Gereja. Roh Kudus akan mengubah ketakutan
dan persembunyian menjadi keberanian dan keterbukaan, menjadi
utusan yang disertai oleh wibawa sang pengutus sendiri (ayat 23).


Renungkan: Sebagai orang yang diutus, kita tidak saja diserahi tugas, tetapi
juga ditopang, dimotivasi, diikutsertakan, dimantapkan, diberi
visi, dan ditempatkan dalam jaringan kerja oleh Dia yang mengutus
kita.

Scripture Union Indonesia © 2017.